Para pemain PSMS Medan gelar aksi damai di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, (17/6). Mereka menuntut tunggakan gaji mereka selama 10 bulan dan menegaskan akan tetap bertahan di PSSI hingga tuntutan mereka dipenuhi. TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO.CO, Jakarta- Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia (APPI) menilai klub PSMS Medan tak memiliki iktikad baik melunasi gaji pemain. Hal ini diungkapkan Direktur APPI Valentino Simanjuntak menanggapi pernyataan Ketua PSMS Medan, Indra Sakti, yang berencana tak membayar gaji pemain PSMS Medan dengan alasan pemain itu berperilaku buruk.
"Ini skenario mereka (pengurus PSMS Medan) untuk mencari celah supaya tidak perlu membayar gaji pemain," kata Valentino melalui telepon, Selasa, 9 Juli 2013.
Sebelumnya, Indra mengatakan pihaknya bisa mencabut hak pemain menerima gaji jika Komisi Disiplin membuktikan bahwa pemain-pemain PSMS Medan berperilaku buruk. Pernyataan Indra ini menyusul penyelidikan Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terhadap pemain PSMS Medan atas dugaan tindakan tak pantas. Menurut Indra, pencabutan hak pemain jika berperilaku buruk itu tertera dalam kontrak.
Valentino mengatakan, memang di setiap kontrak pemain terdepat kesepakatan pencabutan hak jika pemain bertingkah buruk. Namun, ujarnya, pemain akan langsung terlepas dari kontrak begitu klub tidak bisa membayar gaji mereka selama tiga bulan. Sehingga, dalam kasus PSMS menunggak gaji pemainnnya lebih dari tiga bulan, pemain-pemain tak lagi terikat pada aturan itu.
"Berdasarkan aturan FIFA (Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional), pemain terlepas dari kewajiban kontrak, sementara klub tetap terikat pada kewajibannya untuk membayar," ujar Valentino.
Valentino mengatakan pihaknya akan terus membela pemain PSMS. "Kami tunggu keputusan Komisi Disiplin dan Komisi Banding," kata dia. Komisi Disiplin sedianya akan menyelenggarakan sidang kasus ini Rabu ini. Tingkah laku buruk yang dimaksud adalah kata-kata kasar saat mereka berdemonstrasi menuntut pembayaran gaji.
"Menurut saya, skenario ini menjadi preseden supaya pemain lain takut memperjuangkan hak mereka," ujar Valentino.
