Selebrasi pemain Galatasaray Didier Drogba setelah berhasil memasukan bola ke gawang Real Madrid, Turki (9/4) REUTERS/Osman Orsal
TEMPO.CO, Istanbul - Telepon seluler Didier Drogba berdering setelah undian menempatkan Galatasaray, timnya, sebagai lawan Chelseadi babak 16 Liga Champions, 16 Desember tahun lalu. Pesan pendek masuk dari Jose Mourinho, pelatih Chelsea.
Mereka membahas peluang tim masing-masing di pertandingan yang berlangsung di Stadion Turk Telekom Arena, Istanbul, yang digelar dinihari nanti, itu. "Jose bilang, ’Ini waktumu, nikmatilah’," kata Drogba, Selasa, 25 Februari 2014.
Pertandingan ini memberi kesempatan bagi Drogba untuk reuni. Penyerang 35 tahun asal Pantai Gading itu didatangkan Mourinho ke Chelsea dari Marseille pada Juli 2004. "Dia bilang ingin menjadikan saya penyerang terbaik di Liga Inggris," kata Drogba, mengenang perkenalannya dengan Mourinho.
Hati Drogba terpecah. "Saat itu saya jadi raja di Marseille," ujarnya. "Kalau pergi ke London, belum tentu bisa senyaman di Marseille." Namun, prestasi Mourinho yang membawa Porto jadi kampiun Liga Champions memantapkan pilihannya.
Drogba menghabiskan delapan tahun dan jadi legenda di London. Dia mencetak 157 gol serta memberi tiga trofi Liga Inggris dan empat Piala FA. Drogba meninggalkan Stamford Bridge lima hari setelah mencetak penalti kemenangan yang membuat Chelsea meraih Piala Champions 2012. Setelah enam bulan bersama Shanghai Shenhua, ia bergabung dengan Galatasaray pada Januari 2013.
Drogba menganggap kesuksesannya lahir dari bimbingan Mourinho. "Dia pelatih terbaik yang pernah saya temui," ujarnya. Drogba menganggap pelatih 51 tahun asal Portugal itu sebagai mentor dan sahabat. "Ini hubungan yang istimewa," katanya. "Saya tidak menganggapnya sebagai The Special One dan dia tidak melihat saya sebagai pemain."
Drogba sempat frustrasi saat Mourinho dipecat Chelsea pada 2007. Pelatih itu kembali ke The Blues pada Juni tahun lalu setelah sukses bersama Inter Milan dan Real Madrid. "Chelsea sepuluh kali lebih kuat daripada kami," ujar Drogba.
Namun, dia pantang datang ke stadion dengan kepala tertunduk. Drogba mengingat kemenangan 1-0 atas Juventus--yang ia anggap lebih kuat--Desember tahun lalu dan membuat timnya lolos dari fase grup Liga Champions. "Semua bisa terjadi di lapangan, termasuk menang, meski kemungkinannya cuma 1 persen."
Drogba tidak pernah menutupi rasa cintanya kepada Chelsea. Namun, dia mengatakan akan berbunga-bunga jika sukses menjebol gawang bekas klubnya itu dinihari nanti. "Saya memiliki kebiasaan buruk berupa ingin selalu menang di setiap pertandingan," katanya. "Termasuk di Liga Champions."
Kini Drogba tidak lagi menerima kabar dari mentornya via telepon. "Sekarang dia sedang berkonsentrasi," ucap Drogba seraya tersenyum. (Baca: Fakta Menarik Galatasaray-Chelsea)