TEMPO.CO , Kuala Lumpur - Beberapa musim lalu, kompetisi sepak bola Indonesia pernah menjadi primadona di Asia Tenggara. Beberapa pemain kategori bintang regional, seperti Sharil Ishak, Baihakki Khaizan, dan Khairul Amri, pernah meramaikan kompetisi Liga Indonesia. Selain karena alasan mendapat bayaran yang jauh lebih besar, kompetisi Indonesia dinilai lebih semarak karena dukungan penonton.
Namun, sejak musim 2011/2012, satu per satu pemain tersebut meninggalkan Indonesia dan kembali ke negara masing-masing. Ada yang pergi lantaran kontrak tidak diperpanjang oleh klub di Indonesia, ada juga karena dipicu konflik sepak bola nasional yang tidak kunjung usai.
"Saya turut merasakan awal masalah di sepak bola Indonesia, saat awal Liga Prima Indonesia muncul. Ternyata sampai sekarang masih belum selesai," kata pemain belakang tim nasional Singapura, Baihakki Khaizan, kepada Tempo, beberapa waktu lalu.
Pemain belakang bertinggi 190 cm tersebut pernah bermain di Indonesia ketika belum ada dualisme kompetisi. Ia bermain di Liga Super Indonesia (LSI) bersama Persija Jakarta pada musim 2009/ 2010, lalu pindah ke Persib Bandung pada musim selanjutnya. Bertahan setengah musim di Persib, Baihakki memutuskan hijrah ke Medan Chiefs, salah satu klub Liga Prima Indonesia (LPI). Saat itu, Liga Prima muncul sebagai liga tandingan untuk LSI.
Karena LPI berhenti di tengah musim, klub Medan Chiefs pun raib dari kompetisi nasional. Baihakki pun akhirnya balik kandang ke Singapura dan bergabung dengan LIONS XII di Liga Super Malaysia sampai sekarang. Pemain yang sudah memperkuat timnas Singapura sebanyak 82 kali itu mengaku rindu akan suasana kompetisi sepak bola Indonesia, khususnya antusiasme penonton. Hal itu tidak ia dapatkan dalam kompetisi Liga Singapura ataupun Liga Super Malaysia. "Kalau ada tawaran, pasti saya akan kembali. Saya sangat suka bermain di Indonesia. Saya rindu atmosfernya," kata Baihakki.
Namun, ia mengaku harus menahan keinginan tersebut sementara waktu, paling tidak hingga kisruh sepak bola Indonesia selesai. "Saya mendengar kabar kalau kompetisi akan disatukan dan berstatus legal. Tapi saya belum lihat hal itu terealisasi. Jadi saya tunggu saja dulu sampai selesai," katanya.
"Beberapa teman pemain sepak bola di Indonesia juga bilang kepada saya, jika ingin datang, sebaiknya menunggu konflik selesai," Baihakki menambahkan.
Sikap kurang-lebih sama dikatakan rekan Baihakki di timnas Singapura, Shahril Ishak dan Khairul Amri. Dua pemain itu sebelumnya juga pernah bermain di LSI. Shahril bermain di Persib Bandung dan Medan Chiefs, sedangkan Amri pernah bermain di Persiba Balikpapan. Menurut Shahril, jika Federasi Sepak Bola Singapura (FAS) bisa memberikan jaminan dirinya tetap bermain di timnas jika memperkuat klub Indonesia, ia dengan senang hati akan mau kembali ke Indonesia.
"Kalau ada peluang, saya mau kembali. Tapi sekarang saya masih bimbang. Jika FAS bisa memberikan jaminan saya untuk tetap bermain di timnas, bisa saja saya kembali ke Indonesia," ujar Shahril. Ia saat ini bermain di LIONS XII di Liga Super Malaysia.
Shahril mengaku sangat menyukai atmosfer sepak bola Indonesia, khususnya saat bermain di Bandung. Ia menilai, dukungan bobotoh kepada tim Persib sangat luar biasa. "Atmosfer suporter sangat berbeda dengan Singapura. Tapi sekarang saya tunggu konflik di Indonesia selesai dulu," ujar kapten timnas Singapura tersebut.
Hal yang sama diutarakan Khairul Amri. "Nanti saja (kembali bermain di Indonesia), jika masalah sepak bola di Indonesia sudah selesai," ujar Khairul, yang juga bermain di LIONS XII.
Kapten Timnas Malaysia, Safiq Rahim, pun tidak berbeda dengan trio Singapura tersebut. Safiq sebelumnya pernah diminati Arema Indonesia pada awal musim ini, tapi akhirnya justru memilih bertahan bermain di dalam negeri, dengan bergabung bersama Johor FA di Liga Super Malaysia. "Saya mau mencari tahu dulu kondisi sepak bola Indonesia ke depan seperti apa," ucap Safiq.
Safiq menilai kasus Safee Sali, yang sempat diributkan saat bergabung dengan timnas Malaysia karena bermain di Pelita Jaya—klub yang dicap oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia sebagai klub ilegal—menjadi pijakannya. "Kasus Safee menjadi pertimbangan saya. Saya juga tanya ke Safee bagaimana kondisi sepak bola Indonesia," kata pemain yang identik dengan nomor punggung 8 tersebut.
"Sekarang saya ingin lihat kondisi dulu dan menunggu konflik sepak bola Indonesia usai," kata Safiq.
ARIE FIRDAUS (KUALA LUMPUR)
Terpopuler:
Andik Akan Dicium Artis Norwegia Bila Cetak Gol
Suporter Malaysia Hadang Pendukung Indonesia di Bukit Jalil
Video Malaysia Hina Indonesia Diduga Hanya Dubbing
Ultras Malaya, Gerbang Tempur Tim Malaysia
Pemain Timnas Piala AFF Jalan Tertunduk Menuju Bus
Video Penghinaan Malaysia pada Indonesia Diragukan
Takluk 2-0 dari Malaysia, Indonesia Kandas