TEMPO.CO, Paris – Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menyatakan masuk akal menunda pemilihan Presiden FIFA, asosiasi federasi sepak bola internasional, besok untuk memberikan kejelasan penyelidikan skandal korupsi di induk organisasi sepak bola dunia itu.
Ia berbicara sehari setelah sejumlah pejabat tinggi FIFA ditangkap polisi Swiss karena dicurigai terlibat kasus suap dalam penetapan tuan rumah penyelenggara Piala Dunia 2018 dan 2022. Menurut Fabius, perlu waktu untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.
"Telah beberapa tahun disinyalir ada korupsi (di FIFA). Jadi, cukup alasan menyisihkan waktu untuk melihat apa yang benar dan yang salah. Kemudian pihak berwenang mengambil langkah hukum," ia menjelaskan.
“Namun sekarang telah muncul citra buruk (FIFA),” katanya kepada Inter Radio Prancis. “Hal ini saya sampaikan sebagai pribadi dan yang pasti masuk akal untuk menunda pemilihan,” katanya.
Pemilihan presiden FIFA dijadwalkan besok, Jumat, 29 Mei 2015, di markas FIFA di Zurich, Swiss, di sela-sela kongres badan sepak bola dunia itu. Polisi Swiss menangkap dan menahan enam pejabat tinggi FIFA di Zurich, Swiss, Rabu pagi, 27 Mei 2015. Mereka dicurigai terlibat suap dan korupsi dalam penetapan tuan penyelenggara Piala Dunia 2018 dan 2022 di Rusia dan Qatar.
Penangkapan itu dilakukan atas permintaan polisi Amerika. Mereka akan diekstradisi ke AS untuk diproses hukum lebih lanjut. Di antara mereka yang ditangkap terdepat dua Wakil Presiden FIFA. Sebagian besar dari Amerika Selatan.
Presiden FIFA saat ini, Sepp Blatter dari Swiss, akan maju lagi untuk memimpin FIFA untuk kelima periode berturut-turut. Ia diperkirakan masih akan dipilh. Di antara calon lain terdapat Pangeran Ali dari Yordania. Saat ini Pangeran Ali menjadi Wakil Presiden FIFA.
REUTERS | AGUS BAHARUDIN