TEMPO.CO, Jakarta -- Meski tuduhan korupsi menghantui Sepp Blatter, ia masih memperoleh dukungan dari beberapa negara untuk maju kembali sebagai Presiden FIFA. Dukungan itu datang, antara lain dari Amerika Tengah dan Karibia serta Amerika Selatan, yang terdiri atas 35 perwakilan.
Dukungan juga datang dari Konfederasi Sepak Bola Afrika. Terdiri atas 54 orang, mereka menentang penundaan pemilu dan berencana memilih kembali Blatter. Konfederasi Sepak Bola Asia juga tak akan mendukung calon dari wilayahnya sendiri. Mereka tak lagi mempertimbangkan soal kasus penangkapan pimpinan FIFA yang terlibat skandal korupsi.
Rencananya, sekitar 209 anggota FIFA hari ini akan memilih presiden dalam kongres ke-65 di Zurich, Swiss. Pemilihan ini terjadi setelah beberapa hari lalu sebanyak tujuh pimpinan FIFA ditangkap atas dugaan korupsi oleh Jaksa Agung Amerika Serikat. Kandidat yang bertarung dalam pemilihan ini adalah Pangeran Ali bin al-Hussein, 39 tahun, dan Sepp Blatter, 79 tahun, yang telah menjadi Presiden FIFA sejak 1998.
Sebagai seorang petahana, Blatter sempat diminta untuk tak lagi mengajukan diri sebagai Presiden FIFA. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Uni Sepak Bola Eropa atau Union of European Football Associations (UEFA) Michel Platini. Namun Blatter menolak. Ia berkukuh mengajukan diri sebagai Presiden FIFA dan berjanji untuk membenahi organisasi tersebut.
Berbeda dengan anggota lainnya, Frank Lowry, Ketua Federasi Sepak Bola Australia, mengatakan akan memilih Pangeran Ali. "FFA percaya bahwa perubahan besar dalam FIFA diperlukan," ujar Frank. Hal yang sama diungkapkan perwakilan Amerika Serikat dan Kanada.
Ali memperoleh dukungan paling besar dari Eropa, yakni 53 orang. Presiden UEFA Michel Platini mengatakan ia memperkirakan setidaknya 45 dari perwakilan Eropa akan memilih Pangeran Ali. David Gill, anggota Dewan UEFA dan dan FA Inggris, mengatakan tak akan mengambil peran sebagai Wakil Presiden FIFA jika Blatter menang.
THE GUARDIAN | NY TIMES | AISHA SHAIDRA