TEMPO.CO, Zurich - Interpol menempatkan dua mantan pejabat Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pada red notice daftar orang yang dicari sebagaimana diminta pihak berwenang Amerika Serikat, Rabu, 3 Juni 2015. Permintaan Amerika ini didasarkan pada penyelidikan yang masih terus dilakukan terhadap skandal korupsi di FIFA.
Penanganan terhadap para pejabat FIFA yang dicurigai korupsi itu melibatkan polisi internasional menyusul pengunduran diri Presiden FIFA Sepp Blatter, yang dipilih untuk kelima kalinya pada Kongres FIFA di Zurich, Swiss, Jumat lalu. Pengunduran diri Blatter ini agaknya akan menyeret dia sebagai satu di antara yang akan dijadikan tersangka dalam penegakan hukum oleh Amerika Serikat. (baca:Skandal Korupsi FIFA Menjatuhkan Blatter dari Kursi Presiden )
Satu sumber yang dekat dengan FIFA menyatakan penasihat Blatter telah memberitahu dia agar bersiap-siap dan mundur. Kritik keras yang dilancarkan menyusul tudingan kriminal, keragu-raguan sponsor, dan tekanan dari Asosiasi Persatuan Sepak Bola Eropa (UEFA) kemungkinan menjadi penyebab mundurnya Blatter.
Pengunduran diri Blatter itu membuat UEFA menunda pertemuannya di Berlin pada Sabtu mendatang. Pertemuan itu semula direncanakan untuk membicarakan sikap UEFA terhadap siatuasi yang terus berkembang menyangkut skandal korupsi di FIFA. (baca: Berkuasa di FIFA 17 Tahun, Siapa Sepp Blatter Sesungguhnya?)
UEFA telah menjadi oposisi Blatter, sementara Michel Platini, Presiden UEFA, difavoritkan menggantikan mantan Presiden FIFA berusia 79 tahun itu. Namun Platini disarankan tidak menginkuti pemilihan Presiden FIFA karena induk organisasi sepak bola internasional itu disebut bakal menghadapi krisis terburuk dalam 111 tahun sejarahnya.
REUTERS | ESPN | AGUS BAHARUDIN