TEMPO.CO, Zurich - Pada Rabu dinihari, 3 Juni 2015, Sepp Blatter dikabarkan sedang diselidiki oleh para pejabat di pemerintahan Amerika Serikat apakah terlibat atau tidak dalam tindakan korupsi FIFA yang dilakukan di Amerika.
Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat bekerja sama dengan pemerintah Swiss untuk menangkap tujuh anggota FIFA di Zurich, Swiss, 27 Mei 2015, atas tuduhan kejahatan korupsi yang mereka lakukan di Amerika Serikat dalam 20 tahun terakhir.
Dalam konferensi persnya di Zurich, Selasa malam sampai Rabu dinihari, Sepp Blatter mengatakan akan mundur sebagai presiden badan sepak bola dunia, FIFA, karena skandal korupsi. Pria asal Swiss berusia 79 tahun itu juga meminta digelar kongres FIFA luar biasa secepat mungkin untuk memilih presiden baru.
Blatter terpilih untuk kelima kalinya sebagai Presiden FIFA dalam pemilihan di markas mereka di Zurich, Swiss. Tujuh pejabat teras FIFA telah ditangkap pada dua hari sebelumnya oleh otoritas keamanan di sana atas permintaan pihak Amerika Serikat yang sudah lama menyelidiki tindakan korupsi tujuh orang itu.
Blater mengatakan, “Mandat saya tampaknya tidak didukung oleh semua orang,” pada kemarin dinihari di Zurich, Swiss, “Kongres luar biasa FIFA berikutnya akan berlangsung di Kota Meksiko pada 13 Mei 2016,” Blatter melanjutkan dalam konferensi persnya itu.
“Hal ini akan menciptakan penundaan yang tidak perlu. Saya akan mendesak komite eksekutif untuk mengatur kongres luar biasa buat pemilihan pengganti saya pada kesempatan pertama,” kata Blatter lagi. “Ini perlu dilakukan sejalan dengan undang-undang FIFA dan kita harus memberikan waktu yang cukup buat kandidat terbaik untuk menampilkan diri dan berkampanye.”
Kongres luar biasa FIFA diharapkan akan berlangsung antara Desember 2015 dan Maret 2016.
Asosiasi Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) menjadi pusat perhatian dunia pekan lalu setelah tujuh pengurus terasnya ditangkap di sebuah hotel mewah di Zurich, Swiss, pada Rabu pagi waktu setempat, 27 Mei 2015. Saat itu mereka akan menghadiri Kongres FIFA yang berpuncak pada pemilihan Presiden FIFA pada Jumat, 29 Mei 2015.
Mereka yang ditangkap adalah Jeffrey Webb, Presiden CONCACAF-–asosiasi sepak bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia--dan Wakil Presiden FIFA. Lantas Eugenio Figueredo, pejabat teras di CONMEBOL (Amerika Selatan), Eduardo Li (presiden asosiasi sepak bola Kosta Rika), Rafael Esquivez (pemimpin sepak bola Venezuela), Jose Maria Marin (anggota komite FIFA), Julio Rocha (pejabat pengembangan FIFA), dan Costa Takkas (pimpinan CONCACAF).
Mereka ditangkap oleh aparat keamanan Swiss atas permintaan Departemen Kehakiman Amerika Serikat berdasarkan dakwaan dari pengadilan federal di Brooklyn.
Tidak cuma tujuh orang yang ditangkap itu yang diduga terlibat dalam tindak korupsi berupa penyuapan, penerimaan suap, pencucian uang, penggelapan hak siar, dan pemerasan dalam 20 tahun terakhir. Selain itu, ada tujuh orang lainnya yang masih berada di luar dan dicurigai terlibat.
Pemerintah Swiss juga menyelidiki adanya tindakan kejahatan korupsi dalam pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 yang menghebohkan itu–dengan Rusia dan Qatar terpilih sebagai tuan rumah. “Saya sangat terkait dengan FIFA dan kepentingannya. Kepentingan-kepentingan yang saya sayangi. Inilah mengapa saya mengambil keputusan itu,” kata Blatter.
“Yang paling penting buat saya adalah lembaga FIFA dan sepak bola di seluruh dunia. Saya benar-benar telah mempertimbangkan dan berpikir tentang jabatan presiden saya dan 40 tahun terakhir dalam hidup saya,” kata Blatter yang sudah memimpin FIFA selama 17 tahun. “Tahun-tahun ini berhubungan erat dengan FIFA dan olahraga sepak bola yang indah ini. Saya menghargai dan mencintai FIFA lebih dari apa pun,” Blatter melanjutkan.
“Saya hanya ingin berbuat yang terbaik untuk FIFA dan lembaga ini. Saya memutuskan untuk mencalonkan lagi (sebagai Presiden FIFA untuk kelima kalinya) sebagai pilihan terbaik untuk sepak bola. Pemilihan sudah ditutup, tapi tantangan yang kita hadapi belum berakhir,” kata Blatter.
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) termasuk yang paling gencar mengkritik kepemimpinan Blatter di FIFA dalam tiga tahun terakhir. “Ini berita bagus buat sepak bola. Ini seharusnya terjadi terjadi beberapa tahun lalu,” kata Ketua FA, Greg Dyke. “Jadwal tidak menjadi masalah. Harus ada akar dan cabang investigasi dari FIFA. Semua hal harus berjalan secara transparan dalam masa depan."
Tuduhan terbaru mengenai perbuatan korupsi di FIFA melibatkan Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke. Ia diduga menyuap Presiden CONCACAF, Jack Warner, sebesar US$ 10 juta pada 2008 untuk melicinkan jalan Afrika Selatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010.
Valcke mendadak mencoret jadwal kunjungannya ke Kanada untuk menghadiri acara pembukaan Piala Dunia Wanita yang akan berlangsung di Commonwealth Stadium, akhir pekan nanti.
BBC | GUARDIAN | THE NEW YORK TIMES | DWI RIYANTO | HARI PRASETYO