TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Etik Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Presiden FIFA Sepp Blatter, Wakil Presiden Michel Platini, dan Sekretaris Jenderal FIFA Jerome Valcke berupa skors selama 90 hari.
"Dasar keputusan ini adalah investigasi yang telah dan sedang dilakukan Komite Etik FIFA," demikian pernyataan resmi FIFA, seperti dikutip dari BBC, 7 Oktober 2015. "Sanksi bisa diperpanjang tidak lebih dari 45 hari."
Blatter diduga terlibat dalam penyalahgunaan dana hak siar televisi Piala Dunia 2010. Sedangkan Platini diduga mendapat "uang tak jelas" sebesar 1,3 juta pound sterling pada 2011.
Adapun Valcke tersandung kasus harga tiket Piala Dunia 2018. Menurut The Guardian, Valcke berencana menjual tiket Piala Dunia 2018 Rusia di atas harga normal. Valcke sendiri sudah dibebastugaskan dari jabatannya pada 17 September lalu.
Selain ketiga orang ini, Komite Etik FIFA menskors Chung Mong Joon selama 6 tahun plus denda sebesar 67 ribu pound atau sekitar Rp 1,4 miliar. Chung pernah menjabat Wakil Presiden FIFA selama 17 tahun.
Konglomerat asal Korea Selatan ini diduga mendukung Korea Selatan saat bidding penentuan tuan rumah Piala Dunia 2022 pada 2010. Saat itu, ia masih menjabat Wakil Presiden FIFA.
Bentuk dukungan Chung terhadap Korea Selatan berupa program Global Football Fund, sebuah proyek pembangunan fasilitas olahraga senilai US$ 777 juta.
Program berbujet jumbo ini terungkap saat pengacara asal Amerika Serikat, Michael Garcia, menemukan surat yang dikirim Chung kepada sejumlah anggota Komite Eksekutif FIFA pada 2010.
Meskipun pada akhirnya Korea Selatan gagal terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Chung tetap dianggap bersalah karena, sebagai Wakil Presiden FIFA ketika itu, ia semestinya bersikap netral.
Sampai Kamis malam ini, belum ada tanggapan dari Blatter, Platini, Valcke, ataupun Chung. Namun Blatter dikabarkan sudah mengetahui dirinya akan diskors sejak kemarin.
Sanksi ini terasa lebih menohok bagi Platini dan Chung karena keduanya sudah menyatakan diri akan mengikuti bursa pemilihan Presiden FIFA pada 26 Februari mendatang.
Sanksi ini, tentu saja, mencoreng kredibilitas mereka. Padahal Platini dan Chung sama-sama mengkampanyekan FIFA yang lebih bersih. Sungguh ironis.
THE GUARDIAN | BBC | DWI AGUSTIAR