TEMPO.CO, Jakarta - Qarabag adalah sebuah klub yang mempunyai markas di Kota Baku, Azerbaijan. Jarak dari London sangat jauh, yakni 4.000 kilometer. Bila ditempuh dengan pesawat terbang, untuk sampai di bekas negara Uni Soviet ini akan memakan waktu selama 6 jam. Ini adalah jarak terjauh yang harus ditempuh klub asal Inggris di Liga Europa kali ini.
Jelas melelahkan. Jika dihitung secara total perjalanan mereka pergi dan pulang, berarti memakan waktu sekitar 12 jam. Selama itu pula, para pemain Tottenham Hotspur akan berada di udara. Ditambah bermain 90 menit, stamina dipastikan akan tergerus.
Bukan perjalanan yang menyenangkan. Apalagi pada Ahad mendatang mereka akan menghadapi derby London melawan Chelsea di White Hart Lane. Chelsea memang sedang galau saat ini. Masuk pekan ke-13, mereka sudah tujuh kali kalah.
Meski begitu, Spurs tak boleh menganggap enteng. Para pengamat sepak bola tetap memberi catatan khusus untuk pasukan Jose Mourinho ini. Chelsea tetap Chelsea. Mereka pun bisa bangkit.
Modal itu bukannya tidak ada. Selepas jeda internasional, The Blues--julukan klub ini--pekan lalu sukses merebut tiga poin setelah menekuk Norwich.
Suntikan semangat lainnya datang dari Tel Aviv. Dalam Liga Champions, mereka sukses menekuk tuan rumah Macabi Tel Aviv dengan skor gagah, empat gol tanpa balas.
Baca:
Liga Europa: Lawan Bordeaux Malam Ini, Liverpool Bisa Lolos
Dortmund vs Krasnodar, Aubameyang Bikin Chelsea Kepayang
Dengan tren yang membaik seperti itu, tak ada yang harus dilakukan Spurs, kecuali menyiapkan skuad terbaik mereka untuk menghadapi derby itu. Pasukan Mauricio Pochettino juga sedang bagus. Dalam 12 pertandingan mereka tak pernah kalah. Terakhir, mereka sukses menggilas West Ham, yang juga laga derby, karena sama-sama dari London, dengan skor 4-1.
Pertandingan melawan Chelsea teramat penting bagi Spurs untuk menjaga tren positif dan sebagai ancang-ancang untuk segera masuk ke zona empat besar. Tapi, di sisi lain, mereka harus melakoni laga di ujung benua di Liga Europa, melawan Qarabag. Lalu, apa yang harus dilakukan Mauricio Pochettino agar bisa merengkuh kesuksesan ganda?
Pendukung The Lilywhites meminta agar pelatih asal Argentina itu membawa pasukan lapis keduanya ke Stadion Ismail Bakhramov, dinihari nanti. Situs hotspurhq.com yang dikelola pendukung klub itu bahkan telah membuat line up yang bisa dibawa Pochettino ke Baku. Menurut penulis di situs itu, beberapa pemain muda bisa diajak serta.
Mereka adalah gelandang Tom Carroll, yang disebut bersinar permainannya di klub U-23 mereka. Lalu ada Kieran Trippier yang bermain sebagai bek kanan, dan gelandang senior mereka, Andros Townsend, yang sudah sembuh dari cedera pergelangan kaki.
Soal dobrakan di lini depan, pemain muda Dele Alli adalah salah satu pemain yang bisa dibawa. Dalam laga melawan Chelsea, dia dipastikan absen karena telah mengumpulkan lima kartu kuning. Terakhir dia mendapatkan kartu kuning saat bertanding melawan West Ham.
Dengan membawa skuad lapis kedua, mereka bisa mengatasi juara Liga Azerbaijan tersebut. Apalagi dengan berada di peringkat paling atas di Grup J, dengan perolehan tujuh poin, Pochettino perlu memastikan untuk segera lolos ke babak 32 besar.
Di atas kertas memang begitu. Namun melihat komposisi di klasemen Grup J Liga Europa, Qarabag yang kini berada di urutan ketiga dengan nilai empat tentu tidak akan membuang peluang emas.
Mereka memang sangat memanfaatkan keletihan para pemain lawan. Tampil di kandangnya sendiri, yakni di Stadion Tofiq Bahramov, mereka teramat tangguh. Dalam turnamen Liga Europa, termasuk di babak kualifikasi, mereka tak pernah kalah dalam lima pertandingan.
Empat nilai yang mereka miliki di fase grup didapatkan ketika bertanding sebagai tuan rumah. Mereka menekuk Anderlecht 1-0 dan mampu menahan Monaco, 1-1. Tentu saja dalam pertandingan ini mereka ingin menang. Jika itu yang terjadi, mereka masih bisa berharap lolos ke babak berikutnya.
Menghadapi pertandingan ini, paling tidak hingga kemarin belum ada kabar dari Pochettino perihal pasukannya yang akan dibawa ke Azerbaijan. Sebelumnya, pelatih yang memulai kariernya di Liga Inggris dengan menjadi pelatih Southampton ini hanya terbahak-bahak menanggapi nasib yang menimpa timnya.
"Saya hanya bisa tertawa. Dalam enam hari kami harus bermain tiga kali. Tapi mungkin ini yang paling buruk. Karena kami harus menempuh perjalanan enam jam. Dan tidak hanya itu, kami juga harus menentukan setelah bermain, harus bermalam dulu atau langsung pulang," katanya sambil tersenyum kecut. "Ini sangat sulit karena kedua keputusan itu sangat buruk."
FFT | BBC | IRFAN B
Baca:
Disebut Ronaldo Tak Penting, Ini 'Perlawanan' Irina Shayk
Mourinho Ingin Arsenal Terdepak dari Liga Champions
Manchester United Tertahan, Begini Peluangnya untuk Lolos