Pelatih atau Manajer buat Real Madrid, Antara Penting dan Tidak?
Reporter
Non Koresponden
Editor
Hari Prasetyo
Kamis, 1 November 2018 14:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Real Madrid, Barcelona, Juventus, Manchester United, untuk hanya menyebut segelintir contoh, adalah klub sepak bola yang sudah membuktikan prestasi dan kesuksesannya puluhan tahun.
Baca: 4 Perbedaan Santiago Solari dan Lopetegui di Real Madrid
Real Madrid dan kawan-kawan itu mungkin tidak setiap saat juara di liganya, Eropa, maupun antarklub dunia. Tapi, secara rata-rata mereka bertahan di papan atas, dalam hal prestasi, nilai komersial, dan keuangan.
Baca: Santiago Solari, Pelatih Real Madrid, Pernah Puji Messi Selangit
Real Madrid cs bisa konsisten seperti itu berkat keandalan meramu semua unsur, dari soal manajerial secara umum sampai soal strategi.
Baca: Laudrup Bantah Tawarkan Diri Untuk Melatih Real Madrid
Sebagian mereka di jajarara para petinggi manajemen klub-klub legendaris itu tak sering muncul atau terungkap di depan publik. Tapi, ada beberapa yang sering muncul seperti Presiden Real Madrid, Florentiono Perez.
Pria berusia 71 tahun asal Hortaleza, Madrid itu mengundang pro dan kontra atas kinerjanya sebagai presiden klub Real Madrid. Tapi, ia dipilih tentu karena punya kemampuan manajerial, wawasan, dan ini yang penting: intuisi dan kejelian merancang strategi “perang” tim secara global.
Barcelona terkenal dengan filosofi permainannya yang sudah kukuh sejak klub direvitalisasi oleh duet Belanda, Rinus Michels dan Johan Cruyff pada periode 1970-an.
Adapun Real Madrid sejak tempo dulu sudah terkenal dengan tradisinya membeli para permain terbaik di dunia. Hal itu terjadi karena kehebatan pengelolaan klub mereka.
Dengan kemampuan mengumpulkan para pemain terhebat yang ada di muka bumi ini, Real Madrid tinggal mencari pelatih kepala atau manajer tim yang cocok atau mampu mengelola para pemain itu.
Jika ada seorang pelatih yang gagal alias Real Madrid ternyata salah menilai kualitas sang arsitek tim ini, mereka tinggal mencari penggantinya dan bukan merombak skuadnya –kecuali para pemain sudah menua atau kehilangan kualitas secar drastis.
Hal itu juga yang mungkin bisa menjelaskan mengapa Perez dan jajaran direksi memilih Santiago Solari untuk menggantikan Julen Lopetegui, yang ternyata meleset dari prediksi mereka.
Santiago Solari mengawali kerjanya sebagai manajer sementara Real Madrid dengan meyakinkan. Mereka mengalahkan tuan rumah UD Melilla, Kamis dinihari tadi, 1 November 2018, pada pertemuan pertama babak 32 besar Copa del Rey atau Piala Raja Spanyol.
Solari, mantan pemain sayap Real Madrid asal Argentina, menggantikan posisi Julen Lopetegui, yang dipecat sebagai manajer Real Madrid pada Senin, 29 Oktober 2018.
Padahal, Lopetegui baru memimpin tim Madrid pada 14 pertandingan. Hal itu terjadi lantaran Madrid lebih banyak kalah dan terpuruk di peringkat kesembilan La Liga Spanyol.
Banyak pihak terkejut dengan penunjukkan Solari menggantikan Lopetegui. Solari, 42, memang masuk kategori bintang ketika menjadi pemain sayap di tim nasional Argentina dan saat membela Real Madrid.
Tapi, karier kepelatihan Solari belum hebat. Ia baru naik menjadi pelatih Real Madrid B sejak 2016. Derajatnya sebagai bintang semasa menjadi pemain juga di bawah Zinedine Zidane, yang merintis jalur karier yang hampir sama dengan Solari untuk menjadi manajer.
Real Madrid punya strategi tertentu dalam hal penunjukkan Solari yang dinilai banyak pihak sebagai hal yang mengejutkan.
Analisis alternatif pertama dalam strategi ini, seperti yang sudah diulas di sejumlah media, adalah riskan buat Real Madrid untuk merekrut manajer baru dengan kariernya sudah mapan pada musim kompetisi yang sedang berjalan.
Alternatif kedua dari analisis strategi ini adalah Real Madrid ingin melakukan pengetatan keuangan dalam hal penunjukkan manajer tetap. Itu sebabnya, Madrid akhirnya tak memperpanjangan negosiasi dengan Antonio Conte. Hal itu terjadi setelah Conte, mantan manajer Chelsea, Juventus, dan Italia, mensyaratkan kontrak mininal selama dua musim dengan standar gaji yang tertinggi.
Real Madrid adalah klub yang berhasil tumbuh menjadi raksasa bisnis dan prestasi. Mereka satu-satunya klub yang berhasil mempertahankan gelar juara Liga Champions Eropa dan memenanginya pada tiga musim terakhir secara beruntun.
Semua itu berkat ramuan dari keandalan manajemen bisnis, teknik, dan strategi secara keseluruhan.
Dengan atau tanpa manajer yang hebat, karena kondisi keuangan mereka yang sangat kuat, Real Madrid bisa membeli para pemain terbaik di dunia dari waktu ke waktu dan sudah menjadi tradisi mereka.
Kumpulan pemain dengan skill yang sudah hebat itu ada saatnya tak butuh pelatih dengan pengetahuan teknik yang brilian. Tapi, mereka membutuhkan pelatih yang bisa mengayomi mereka, yang bisa mereka hormati, dan bisa menyaturkan mereka karena karismanya.
Itulah konsep yang bisa menjelaskan mengapa Zinedine dipromosikan menjadi manajer Real Madrid dan kemudian sangat sukses. Kehadiran Zidane dengan prestasi yang luar biasa sebagai pemain Prancis dan Madrid di kamar ganti pemain Madrid adalah sebuah karisma.
Ada cerita menarik, yaitu bagaimana Presiden Real Madrid, Florentione Perez, punya kebiasaan berbincang dengan sejumlah pemain terasnya sebelum mengganti manajer mereka.
Ketika hendak memasukkan Zidane, Perez berdiskusi antara lain dengab Cristiano Ronaldo. Kini, Ronaldo sudah hengkang. Untuk mencari pengganti Lopetegui, Perez berbicara dengan Sergio Ramos, kapten tim.
Ramos tidak setuju Conte masuk karena dinilai terlalu keras dan otoriter ketika menjadi manajer.
“Penghormatan diperoleh, itu tidak dipaksakan. Bukan nama atau lainnya,” kata Ramos beberapa hari lalu ketika ditanya soal kemungkinan Conte menjadi manajer tim mereka.
“Kami telah memenangi segalanya dengan pelatih yang sudah anda ketahui (Zinedine Zidane). Pada akhirnya, pengelolaan para pemain lebih penting daripada pengetahuan teknis seorang pelatih,” Ramos melanjutkan.
Jadi Solari dipilih karena Perez dan para petinggi Real Madrid tahu bukan faktor teknis yang menjadi kendala. Meski, hengkangnya Cristiano Ronaldo memang meninggalkan celah di skuad mereka.
Solari dipilih untuk mengembalikan rasa nyaman Ramos dan kawan-kawan dalam “bekerja”. Sebagai mantan pemain, apalagi lama di Madrid, Solari tahu bagaimana suka-duka di lapangan dengan baik.
Solari adalah soso senior yang bisa menimbulkan rasa hormat di kalangan Ramos cs. Kelak terbukti, apakah Solari pelatih yang punya kemampuan manajerial yang baik atau tidak. Tapi, untuk sementara, dialah pilihan terbaik pada masa darurat Real Madrid.
Seusai peraturan di sana, masa jabatan Solari sebagai manajer sementara tim utama Real Madrid adalah 15 hari. Setelah itu, Madrid mesti menunjuk manajer yang statusnya tetap, bisa Solari atau pelatih lainnya.
Selama periode sementara itu, mantan pemain tim nasional Argentina berusia 42 tahun tersebut punya jadwal memimpin Real Madrid melawan peringkat keenam La Liga, Valladolid, pada Sabtu mendatang, kemudian menghadapi juru kunci Grup Liga Champions, Viktoria Plezen, pada 7 November, dan selanjutnya melawan tim papan tengah La Liga, Celta Vigo, pada hari Minggu berikutnya.
Real Madrid hanya mendapat 14 poin dari kemungkinan maksimal nilai 30 musim ini di bawah asuhan Lopetegui. Mereka hanya meraih satu angka dari lima pertandingan terakhir.
Hal itu adalah penampilan terburuk Real Madrid sejak mereka gagal meraih nilai pada lima pertandingan terakhir musim 2008-09 di bawah asuhan manajer Juande Ramos.
Itulah tantangan Solari setelah melakukan debut yang meyakinkan sebagai manajer sementara Real Madrid di Copa del Rey.
Baca: Cristiano Ronaldo: Saya ke Juventus, Tak Dibutuhkan Real Madrid
Jika Solari bisa melakukan prestasi fenomenal dalam 15 hari ke depan, Real Madrid bisa melakukan hal yang tidak biasa, yaitu menunjuk manajer dari figur yang belum tersohor dalam kariernya sebagai pelatih.
BBC | METRO.CO.UK | ESPN