Indra Sjafri, Gareth Southgate, dan Jenjang Pelatih Timnas Senior
Reporter
Non Koresponden
Editor
Hari Prasetyo
Kamis, 12 Desember 2019 09:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Gareth Southgate mengawali karier kepelatihan di tim Inggris dengan menangani tim Three Lions itu di kategori U-21 pada 2013-2016. Pada 2016 itu juga, Southgate baru menangani tim senior. Ia lantas membawanya menembus semifinal Piala Dunia 2018. Indra Sjafri berkutat tim Indonesia junior tujuh tahun. Kini, ia ingin naik kelas ke timnas senior seperti Southgate.
Ketika banyak menyertakan pemain muda dalam skuad tim persiapan menuju babak kualifikasi Piala Dunia 2018 dan pada masa persiapan lanjutan setelah lolos kualifikasi ke putaran final, Southgate banyak menerima kritikan.
Dengan banyak menyertakan pemain muda dan sebagian belum punya nama mentereng di kancah sepak bola Eropa, saat itu tim asuhan Southgate diprediksi tak akan bisa berbuat banyak dalam putatan final Piala Dunia 2018 di Rusia. Salah satu yang pesimistis terhadap kinerja Southgate di Rusia adalah pemain legendaris Inggris dan juga mantan pelatih Three Lions, Glen Hoddle.
Tapi, ternyata Southgate meraih sukses besar dengan skuad pasukan mudanya, yaitu menembus semifinal Piala Dunia untuk pertama kali setelah 1990.
Pada kiprah Southgate, kita bisa belajar soal pentingnya sebuah proses, kontinuitas, dan intensitas dalam membangun sebuah prestasi.
Karena itu, keinginan Indra Sjafri untuk naik kelas menangani tim nasional Indonesia senior patut diberi dihargai dan sudah waktunya diberi kesempatan. Indra mengungkapkan keinginannya tersebut sebelum Timnas U-23 yang diasuhnya berhadapan dengan Vietnam pada final sepak bola SEA Games 2019.
Indra mengawali karier kepelatihannya di Timnas Indonesia U-16 pada 2011. Setahun kemudian, mantan pemain PSP Padang yang kini berusia 56 tahun itu menangani Timnas U-19.
Di Timnas U-19, nama Indra Sjafri lebih mencuat dengan menghasilkan generasi pemain Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan yang memenangi kejuaraan tingkat Asia Tenggara, Piala AFF U-19 pada 2013 dan kemudian lolos ke putaran final Piala Asia U-19.
Setelah itu, Indra Sjafri sempat berkiprah di divisi tertinggi Liga Indonesia dengan menangani Bali United pada 2015-2016.
Setahun kemudian, ia ditarik lagi oleh PSSI untuk kembali menangani Timnas U-19 pada 2017-2018. Meski, timnya hanya bisa merebut peringkat ketiga Piala AFF U-19 2017 dan 2018.
Tapi, intensitasnya di tim nasional junior membuat PSSI mantap untuk menunjuknya menangani Timnas U-22 yang kemudian memenangi Piala AFF U-22 dan menjadi cikal-bakal Timnas U-23 yang meraih medali perak pada SEA Games 2019.
Jika jadi diberi kepercayaan PSSI untuk menangani tim nasional Indonesia senior, tantangan sekaligus pekerjaan rumah buat Indra Sjafri adalah pada upaya meningkatkan performa timnya pada momen-momen puncak dan diharapkan menjadi sejarah.
Di tingkat Asia Tenggara dan kualifikasi Asia, Indra Sjafri berhasil menghadirkan tim-tim yang tampil meyakinkan. Tapi, di kelas yang lebih tinggi, tim asuhannya kerap seperti mengalami antiklimaks atau terkesan monoton dan kehilangan akal.
Hal itu terjadi, misalnya, pada penampilan Evan Dimas dan kawan-kawan dulu ketika tampil dalam putaran final Piala Asia U-19 di Myanmar dan dalam babak kualifikasi Piala Asia U-23 tahun lalu.
Timnas U-23 yang baru saja tampil pada final SEA Games 2019 juga banyak dipuji dan dihargai atas sejumlah talenta yang dimiliki para pemainnya.
Namun, setelah kalah 1-2 pada fase grup dan kemudian kalah lagi 0-3 pada final SEA Games 2019 dari lawan yang sama, yaitu Vietnam, Timnas U-23 asuhan Indra Sjafri itu terkesan mengalami kemampatan dalam berkreasi dan meningkatkan daya juang.