Akrobat Klub-klub di Eropa Bertahan Saat Pandemi Virus Corona
Reporter
Terjemahan
Editor
Rina Widiastuti
Sabtu, 28 Maret 2020 09:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sembilan pemain klub Sion, Swiss, kehilangan pekerjaan. Termasuk di antara mereka adalah Alex Song dan Johan Djourou, bekas pemain Arsenal. Pekan lalu, klub memutus kontrak mereka di tengah pandemi virus corona.
Sebabnya, mereka menolak proposal pemotongan gaji yang diajukan klub. Menurut sumber orang dalam, pemotongan itu mencapai 80 persen untuk pemain dengan gaji tertinggi.
Klub berdalih, pemotongan gaji itu tak lain sebagai upaya untuk ikut membantu pemerintah dalam mengurangi kesulitan para penganggur di negeri itu semasa pandemi virus corona ini.
Namun, pemain juga punya alasan. Tak ada klausul itu dalam kontrak yang mereka teken.
Tak ada jalan keluar, para pemain ini pun diminta pergi. Selanjutnya, mereka tidak ada lagi dalam daftar penerima gaji di klub itu.
Kondisi ini tak jauh berbeda dengan yang terjadi di klub Dinamo Zagreb. Di sana, para pemain juga menolak paket pemotongan gaji yang disusun klub untuk enam bulan ke depan.
Paket itu di antaranya berisi sepertiga gaji para pemain ditangguhkan dan dipotong. Pihak klub menyatakan para pemain tidak bisa diajak berdiskusi.
Asosiasi Pemain Sepak Bola Kroasia menyatakan langkah klub itu dinilai terlalu cepat. Sebab, sebelum diserang pandemi virus corona, pendapatan mereka dari tiket pertandingan dan siaran televisi sudah terbilang rendah.
Pandemi virus corona sudah terasa dampaknya pada industri sepak bola di Eropa. Keuangan klub-klub di sana, terutama klub kecil, megap-megap.
Berhentinya perputaran liga-liga itu membuat mereka kehilangan pemasukan. Padahal, pada saat yang sama, mereka harus terus mengeluarkan uang untuk membayar gaji para pemain, yang mencapai 64 persen dari pendapatan yang mereka terima.
Tak ada jalan lain kecuali menyunat gaji. Opsi yang paling jelas, tapi juga pahit.
Cara lainnya adalah menunda pembayaran gaji hingga kondisi dianggap normal kembali. Opsi kedua ini tentu lebih disukai para pemain.
Selanjutnya, reaksi asosiasi pemain sepak bola dunia menanggapi hal itu.<!--more-->
Kondisi ini tak bisa dielakkan, tentu saja. Asosiasi pemain sepak bola dunia (Fifpro) pun memahami kondisi yang terjadi saat ini.
“Saat ini, banyak sekali klub yang menjalankan kebijakan pemotongan gaji para pemain,” kata Sekretaris Jenderal Fifpro, Jonas Baer-Hoffmann.
Menurut dia, kondisi ini terjadi pada lebih dari separuh liga di dunia. Dengan penghentian sementara liga-liga, gaji para pemain menurun hampir dua pertiga dalam enam bulan ke depan.
Pihaknya memahami keadaan yang terjadi saat ini. Namun, menurut dia, tiap-tiap klub tidak boleh asal potong gaji.
“Seperti yang terjadi di beberapa negara, dengan kesulitan finansial yang dialami klub dan liga-liga, mereka harus bertemu dengan asosiasi pemain untuk mendiskusikan dan menegosiasikan jumlah yang tepat dan proporsional,” kata Baer-Hoffmann.
Keinginan itu tentu saja ideal. Hanya klub besar yang melakukannya.
Di Bundesliga, Borussia Dortmund dan Borussia Monchengladbach adalah dua klub yang telah melakukannya.
Dua klub itu memberlakukan pengurangan gaji secara berjenjang. Dari pemotongan itu, mereka melebihkan upah para pekerja lainnya yang mengalami dampak langsung krisis ini.
Sedangkan di kawasan Skandinavia, klub-klub meminta para pemain asingnya menyisihkan pendapatan sebesar 25-50 persen. Bila para pemain itu setuju, uang dari pemotongan itu dipakai untuk membantu pemerintah dalam melawan penyebaran virus corona.
Di Liga Inggris, hal itu sudah dilakukan. Dua klub Championship, yakni Leeds United dan Birmingham City, memberlakukan penundaan gaji para pemainnya.
Leeds, yang kini menjadi kandidat untuk naik ke Liga Primer, mengumumkan kesepakatan dengan para pemain yang rela ditunda pembayaran gajinya. Uang dari penundaan itu selanjutnya dipakai klub untuk membayarkan gaji pekerja di luar sepak bola yang lebih memerlukan.
Langkah klub yang diasuh Marcelo Bielsa ini dilakukan setelah Birmingham City menawarkan kepada para pemainnya untuk menunda setengah dari gaji para pemainnya dalam empat bulan ke depan. Mereka setuju. Hal itu pun kemudian dilakukan Leeds.
Dampak dari Covid-19 ini memang sulit dihindarkan. Namun, menurut para pengelola klub di sana, peristiwa yang tak pernah diduga ini menjadi pelajaran penting untuk masa mendatang.
Termasuk mungkin masuk dalam klausul kontrak dengan pemain serta pengelolaan liga di sana, sehingga kelak tak ada lagi pemecatan pemain seperti yang terjadi di Sion.
GUARDIAN | DAILYMAIL | METRO | IRFAN B.