Putusan Mengakhiri Liga Prancis Dikritik, L'Equipe: Seperti Idiot

Reporter

Antara

Editor

Nurdin Saleh

Sabtu, 30 Mei 2020 13:55 WIB

Pemain Paris St Germain melakukan selebrasi setelah berhasil mengalahkan Dortmund dalam pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Champions di Parc des Princes, Paris, 12 Maret 2020. UEFA Pool/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Prancis adalah tanah juara dunia, tetapi apakah ini benar-benar negara sepak bola? Itulah pertanyaan yang diajukan beberapa orang di negara itu ketika Liga Prancis (Ligue 1) sudah diakhiri dan negara Eropa lain berupaya menggulirkan kembali kompetisi itu setelah penutupan akibat virus corona.

Debat telah berkecamuk sejak liga Prancis memutuskan untuk mengakhiri musim sebelum waktunya pada akhir April lalu dengan 10 putaran pertandingan yang tidak dimainkan. Sementara, dua pekan telah berlalu sejak Bundesliga Jerman dimulai kembali. Liga Inggris, La Liga Spanyol, dan Liga Italia tengah bersiap memulai kembali.

"Seperti idiot" demikian judul berita utama di depan L'Equipe pada hari Jumat, seperti dilansir AFP, ketika harian olahraga itu mempertanyakan mengapa keputusan terburu-buru dibuat oleh liga (LFP) untuk mengakhiri musim.

Pengumuman LFP pada saat itu didasarkan pada pernyataan Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe bahwa musim "tidak dapat dimulai kembali" ketika pandemi merebak pada akhir April.

Namun, Prancis telah secara teratur mengurangi pengunciannya dalam beberapa pekan terakhir dan Philippe menyatakan pada Kamis bahwa olahraga tim dapat dimulai kembali setelah 21 Juni.

Advertising
Advertising

"Kita akan menjadi satu-satunya negara sepak bola terbesar di Eropa yang tetap pada keputusan ini dan tidak mengkondisikannya pada evolusi pandemi dan pelonggaran kuncian," tulis Vincent Duluc di L'Equipe

Prancis secara resmi mencatat hampir 29.000 kematian akibat COVID-19, jauh lebih banyak dari Jerman tetapi lebih sedikit dari Italia atau Inggris dan lebih sedikit dari Spanyol per kepala populasi.

Prancis bukan satu-satunya negara sepak bola Eropa yang mengakhiri musimnya, dengan Belanda membatalkan kampanye secara keseluruhan.

Paris Saint-Germain dinobatkan sebagai juara untuk tahun ketiga berturut-turut. Amiens dan Toulouse terdegradasi dan klub-klub tersebut telah mengajukan langkah hukum.

Namun, suara utama yang menentang penutupan awal adalah Jean-Michel Aulas, presiden Lyon. Mereka urutan ketujuh ketika musim berhenti pada pertengahan Maret dan karenanya gagal lolos kualifikasi Eropa.

Baik mereka maupun PSG sekarang tidak akan memiliki pertandingan kompetitif sebelum Liga Champions - di mana keduanya masih terlibat - diperkirakan akan dimulai kembali pada bulan Agustus.

"Saya sepenuhnya yakin bahwa apa yang terjadi bukan untuk kebaikan klub atau sepak bola Prancis secara keseluruhan," kata Aulas kepada Le Parisien.

Argumen utamanya adalah ekonomi. Sebelumnya pada bulan Mei liga mengatakan harus mengeluarkan pinjaman yang dijamin pemerintah sekitar 225 juta euro untuk mengatasi klub-klub yang terkena dampak hilangnya pendapatan dari penyiaran karena begitu banyak pertandingan yang belum dimainkan.

Sementara tim nasional Prancis memenangkan Piala Dunia untuk kedua kalinya pada tahun 2018, sebagian besar pemain terkemuka bercita-cita untuk bermain di luar negeri dan perdebatan yang sedang berlangsung menimbulkan pertanyaan tidak nyaman tentang apakah liga domestiknya benar-benar termasuk dalam kategori yang sama dengan para pesaingnya.

Ketika berbicara tentang liga 'Lima Besar' Eropa, Ligue 1 berada di posisi kelima dalam hal pendapatan.

Kebutuhan untuk melindungi kesepakatan TV baru yang lebih menguntungkan yang akan dimulai pada musim depan - dengan tidak membiarkan musim ini berlarut-larut hingga akhir Agustus - telah dikutip sebagai salah satu argumen yang mendukung keputusan untuk berhenti.

PSG dan Lyon adalah satu-satunya klub Prancis dalam urutan 30 teratas klub dengan penghasilan terbesar versi Deloitte.

Hanya ada satu pemenang Perancis - Marseille pada 1993 - dalam sejarah 65 tahun Piala Eropa. Itu sebanyak Rumania, Skotlandia, dan bekas Yugoslavia serta Aston Villa.

Sementara negara-negara lain yang telah dihantam lebih keras oleh pandemi ini menemukan cara untuk memulai kembali musim sepak bola dengan mempromosikan argumen tentang signifikansi ekonomi dan budaya permainan, di Prancis ada perasaan bahwa itu tidak masalah.

"Negara-negara lain telah mengadakan pertemuan antar-administrasi dengan perwakilan penting dari klub profesional, dan mereka memulai kembali," kata seorang eksekutif Ligue 1.

"Di Prancis tidak ada pertemuan itu. Dari jauh, Anda bisa menyimpulkan bahwa negara tidak benar-benar tertarik dengan sepak bola."

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

20 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Hasil Liga Prancis: AS Monaco Kalah, PSG Menjadi Juara

5 hari lalu

Hasil Liga Prancis: AS Monaco Kalah, PSG Menjadi Juara

Paris Saint-Germain (PSG) dipastikan menjadi juara Liga Prancis 2023/2024 setelah pesaing terdekat mereka, AS Monaco, kalah.

Baca Selengkapnya

Klasemen Liga Prancis: PSG Ditahan Le Havre, Masih Mungkin Menjadi Juara Minggu Malam Ini

6 hari lalu

Klasemen Liga Prancis: PSG Ditahan Le Havre, Masih Mungkin Menjadi Juara Minggu Malam Ini

Paris Saint-Germain (PSG) kembali harus menunda perayaan juara Liga Prancis 2023/24 setelah bermain 3-3 saat menjamu Le Havre pada pekan ke-31.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya