TEMPO.CO, Jakarta - Juventus berada dalam bayang-bayang ancaman hukuman tambahan. Jaksa Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) meminta pengurangan 20 poin untuk Bianconeri terkait dengan masalah gaji.

Klub berjuluk Si Nyonya Tua itu melakukan penerapan gaji yang sangat kontroversial selama pandemi Covid-19. Untuk hukuman itu sendiri baru akan dibawa ke sidang pada Maret depan.

Dikutip dari laman AS, persoalan gaji itu berawal dari Maret 2020, ketika Juventus mengumumkan bahwa pemain dan pelatih Maurizio Sarri, setuju melepas gaji mereka selama empat bulan untuk membatu klub selama pandemi. Namun, dalam kenyataan, penerapannya berbeda dari kesepakatan tersebut.

Setelah dilakukan penyedapan terhadap WhatsApp pemain, diketahui bahwa mereka hanya menyerahkan satu bulan gaji saja. Sisanya mereka menerima dalam bentuk yang berbeda seperti bonus dan sponsorship.

Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan neraca keuangan klub. Itu termasuk uang 19,9 juta euro yang masih diinginkan oleh Cristiano Ronaldo.

Jika Juventus akhirnya mendapatkan hukuman tambahan itu, situasinya akan semakin terpuruk. Sebab, mereka baru saja mendapat hukuman penguarangan 15 poin. Sanksi itu diterima karena Si Nyonya Tua terbukti menaikkan nilai transfer pemain.

Saat ini, Juve mengajukan banding ke Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) terkait hukuman pengurangan 15 poin tersebut.

Selain dikurangi poinnya, beberapa petinggi Juventus, termasuk mantan predisen klub, Andrea Agnelli dan wakilnya Pavel Nedved juga mendapat sanksi.

Juventus saat ini berada diperingkat 13 dengan 30 poin (sudah dikurangi 15 poin). Jika hukuman 20 poin terjadi, maka Juventus akan berada di dasar klasemen. Sebagai gambaran Cremonese yang saat ini menghuni dasar klasemen Liga Italia memiliki 15 poin.

Baca Juga: Hasil Coppa Italia: Juventus vs Lazio 1-0, Si Nyonya Tua Bertemu Inter Milan di Semifinal