TEMPO Interaktif, Polokwane - Slovenia dan Algeria sama-sama mengincar kemenangan di laga awal mereka di Piala Dunia. Menurut gelandang Slovenia, Aleksandar Radosavljevic, kemenangan atas lawan pertamanya bisa meningkatkan performa tim menghadapi lawan berikutnya di Grup C.
"Saat ini kami hanya fokus untuk hadapi Algeria," ujar pemain 31 tahun ini, Ahad (13/6). Slovenia menyadari, kekalahan di partai pertama dapat berarti musibah. Alasannya, dua lawan mereka berikutnya, Inggris dan Amerika Serikat, jauh lebih berat. "Kami menyiapkan segalanya untuk pertandingan ini," ujar penyerang Zlatko Dedic.
Pelatih Algeria Rabah Saadane mengatakan, akan mengerahkan seluruh kemampuannya. "Menang adalah satu-satunya pilihan," ujar pelatih berusia 64 tahun ini. Partai melawan Slovenia di Stadion Peter Mokaba, Polokwane, pukul 18.30 WIB nanti akan mengakhiri paceklik penampilan mereka di Piala Dunia selama 24 tahun. Sayangnya, mereka juga sedang dalam masa paceklik gol, setelah hanya mencetak satu di tiga partai pemanasan.
Slovenia merupakan negara pecahan Yugoslavia. Dengan hanya 6 juta penduduk, mereka jadi negara terkecil di antara 32 peserta Piala Dunia 2010. Slovenia membuat kejutan dengan mengalahkan Rusia di babak play-off dengan kemenangan 1-2 di ibu kota lawan, Moskow. Namun, rekor Piala Dunia mereka tidak bagus. Di Korea-Jepang 2002 mereka melewatkan tiga partai tanpa gol.