Kembali ke Indonesia, Evan Lebih Betah Main di Persebaya
Editor
Febriyan
Rabu, 9 September 2015 05:04 WIB
TEMPO.CO, Surabaya – Seusai menjalani masa percobaan di klub UE Llagostera, Spanyol, bulan lalu, mantan kapten timnas U-19, Evan Dimas Darmono, kembali ke Indonesia. Pemuda 20 tahun itu memperkuat klub Persebaya United pada Piala Presiden 2015. Selama menjalani serangkaian tes di Negeri Matador itu, Evan sempat mengaku tak betah.
“Awal-awal dia bilang nggak kerasan (betah, red) karena tidak ada teman sesama pemain Indonesia di sana. Termasuk karena kendala bahasa Inggris,” ujar ibu Evan Dimas, Anna, saat ditemui Tempo, di kediamannya, Selasa, 8 September 2015.
Selama di Spanyol, Evan ditemani seorang kerabat CEO Persebaya Gede Widiade. Anna pun menasihati putranya, bahwa begitulah risiko ketika ia jauh dari keluarga dan teman di Indonesia. “Tapi nanti lama-lama juga betah,” ujarnya.
Bermain di klub sepak bola Eropa, memang dirasakan Evan berbeda dibandingkan merumput di negeri sendiri. Anna mengungkapkan, putranya menyoroti perbedaan yang cukup mencolok soal makanan. “Nasi di sana dikasih sedikit, harus lebih banyak sayuran dan lauk-pauk. Atmosfirnya pokoknya berbeda,” tuturnya.
Anna menceritakan, Evan tampak lebih menikmati bermain di klubnya saat ini. Sejak kecil, dia memang memimpikan bermain bagi klub sepak bola asal Kota Pahlawan tersebut. Ia juga sempat meminta pertimbangannya untuk kembali mencoba peruntungan ke Eropa.
“Dia kemarin tanya, ‘Bu, aku boleh nggak balik ke sana lagi?’ Saya jawab, nggak apa-apa asal kamu nyaman. Kalau saya sih berpendapat, lebih baik bermain di luar negeri. Tapi anaknya (Evan) maunya masih membela Persebaya,” kata dia.
Sejak kembali dari Spanyol pada 19 Agustus lalu, Evan hanya mengunjungi orang tuanya selama tiga hari di Surabaya. Ia lalu melanjutkan bertanding memperkuat tim Garuda Muda pada Sunrise of Java Cup 2015 di Banyuwangi.
Menjelang tampil untuk memperkuat Persebaya United pada Piala Presiden, Evan menjalani operasi mata ikan di telapak kaki kanannya. Benjolan daging seperti mata ikan itu dirasakan mengganggu sejak pertandingan SEA Games Juni lalu.
ARTIKA RACHMI FARMITA