Sejumlah pemain Manchester United merayakan kemenangannya usai kalahkan tuan rumah, Liverpool 0-1 dalam laga Liga Premier Inggris di stadion Anfield, Liverpool, Inggris, 17 Januari 2016. REUTERS
TEMPO.CO, Jakarta - Manchester United akan berlaga di kandang Midtjylland, MCH Arena, Herning, Denmark, dalam pertandingan babak 32 besar Liga Europa, Jumat dinihari nanti. Tim kecil ini bisa menjadi batu sandungan bagi MU. Tetangga sekotanya, Manchester City, pernah merasakan sulitnya menghadapi mereka.
Joe Hart menjadi pahlawan kemenangan Manchester City ketika timnya bertanding melawan Midtjylland, delapan tahun lalu. Ketika itu, City kalah di kandang. Beruntung mereka membalas kekalahan itu di kandang musuh. Pemenangnya pun harus ditentukan oleh adu penalti. Joe Hart jadi pahlawan. City pun menang 4-2.
Kehebatan Midtjylland bisa saja terjadi di MCH Arena ketika mereka bertanding melawan Manchester United, dinihari nanti. Tim Sparv, gelandang bertahan klub ini, sudah mewanti-wanti pasukan Louis van Gaal tersebut.
“Saya tidak bohong. Pertandingan ini sama sekali tidak ideal. Ini seperti pertarungan David melawan Goliath. Namun ini adalah pertandingan besar dalam sejarah kami,” katanya. “Kami ingin membuat kunjungan ke sini menjadi tidak enak buat siapa pun.”
Midtjylland terbilang klub baru. Didirikan pada 1999—berbarengan saat United meraih treble di bawah asuhan Sir Alex Ferguson—tapi 15 tahun kemudian klub ini kolaps. Hingga akhirnya masuk pria asal Inggris, Matthew Benham—seorang pejudi profesional. Setahun kemudian mereka berhasil menjadi juara di sana.
Benham punya pendekatan unik dalam menjalankan klubnya ini. Seperti perjudian yang dia lakukan, dia hanya percaya atas data-data yang dikumpulkannya. Kumpulan data berupa kekuatan dan kelemahan lawannya itulah yang dipakai sebagai senjata dalam menghadapi lawan.
Hal ini juga dilakukan dalam membeli pemain yang diperlukan skuadnya. Satu pembeliannya yang berhasil adalah ketika mendatangkan gelandang Tim Sparv yang dibelinya dari klub divisi dua di Jerman. Uniknya, dia membeli pemain ini bukan berdasarkan pantauan pemandu bakat, melainkan data-data yang dikumpulkan dari bekas klub Sparv, Greuther Furth.
Ketua klub, Rasmus Ankersen, punya penjelasan soal perekrutan seperti ini. “Kami berpikir banyak klub membeli pemain dengan mahal. Kami punya alat untuk membuat kami mengevaluasi pemain dan calon lawan yang akan kami hadapi. Pendekatan ini lebih efektif ketimbang hasil dari mata manusia,” katanya.
Cara seperti ini pula yang akan diperlihatkan saat menjamu Wayne Rooney cs. Mereka akan menganalisis data-data para pemain Manchester United. Dari situlah mereka akan membuat perlawanan terhadap lawannya.
Taktik ini terbilang berhasil. Mereka lolos ke Liga Europa melalui babak playoff setelah mengalahkan klub asal Inggris, Southampton. Pasukan Ronald Koeman itu ditekuk 1-0. Saat bertandang ke St Marry, mereka bisa menahan imbang 1-1.
Louis van Gaal tentu sudah tahu lawannya kali ini akan menyulitkan. Apalagi mereka terbilang bugar. Berbeda dengan liga lainnya di Eropa, liga sepak bola di negeri ini malah tengah istirahat.