TEMPO.CO, Jakarta - Timnas Indonesia U-19 berhasil melewati laga pertama kualifikasi Piala Asia U-19 Grup F dengan meyakinkan. Mereka membantai Brunei Darussalam dengan skor 5-0.
Meskipun demikian, Pelatih Indra Sjafri, mengatakan bahwa skuad Garuda Muda masih memiliki sejumlah kekurangan. "Meski menang besar tetap kita ada evaluasi untuk membenahi kekurangan tim ini," ujarnya usai pertandingan.
Dalam wawancara eksklusif dengan Tempo 17 Oktober 2017 lalu, Indra pun membeberkan sejumlah kekurangan tim ini. Berikut sejumlah kekurangan tersebut:
1. Labil
Indra mengakui bahwa Timnas Indonesia U-19 masih belum stabil dalam bermain. Menurut dia, punggawa Timnas Indonesia U-19 kerap tampil apik dalam satu pertandingan namun bermain tak memuaskan dalam pertandingan lainnya.
Namun hal itu dianggap wajar oleh eks pelatih Bali United itu. Menurut dia, dalam usia muda seperti saat in kestabilan performa menjadi masalah utama. Hal tersebut juga kerap terjadi pada para pemain senior.
"Karakteristik anak seumuran mereka ini masih labil. Pemain senior juga masih labil. Kadang bermain jelek, kadang produktif, kadang mandul, itu biasa. Saya sudah bertahun-tahun melakoni menangani pemain usia muda. dan mereka akan pasti seperti itu terus, " ujarnya saat itu.
2. Lini Kanan Kurang Membantu Serangan
Serangan Timnas Indonesia U-19 terlihat di dominasi oleh lini kiri pada laga melawan Brunei itu. Duet M Iqbal dan Firza Andika mampu berkali-kali menembus pertahanan Brunei.
Di sisi kanan, permainan Rifad Marasabessy dan Witan Sulaiman tampak kurang menggigit pada babak pertama. Baru setelah masuknya Saddil Ramdani di babak kedua lini kanan terlihat lebih hidup.
Duet Rifad dan Saddil terbukti ampuh dalam mengoyak pertahanan Brunei. Namun pergerakan Saddil yang kerap berganti posisi ke tengah maupun kiri juga patut diperbaiki karena bisa membuat lini kanan kosong dan rentan dengan serangan balik lawan.
3. Kontrol Emosi
Meskipun mampu menjalani laga pertama dengan mulus, Timnas Indonesia U-19 mendapatkan satu kartu kuning atas nama M Iqbal karena dianggap berpura-pura jatuh di kotak pinalti Brunei. Hal itu tentu menjadi kerugian bagi Timnas Indonesia karena jika dia mendapatkan kartu kuning lagi pada laga melawan Timor Leste maka Iqbal dipastikan akan absen pada laga melawan Korea Selatan.
Dalam kompetisi yang ketat seperti kualifikasi Piala Asia U-19 kontrol emosi menjadi hal yang sangat penting. Faktor kelelahan karena jadwal yang padat bisa membuat emosi pemain lebih mudah terpancing.
Timnas Indonesia U-19 tentu tak mau kejadian seperti pada laga semi final Piala AFF U-19 terulang. Saat itu Saddil mendapat kartu merah karena menyikut pemain Thailand sehingga Indonesia bermain dengan 10 pemain saja pada babak kedua. Tak hanya melakukan pelanggaran, para punggawa Garuda Nusantara juga tak boleh tergoda untuk melakukan diving.
4.Variasi serangan dan kesabaran bermain.
Timnas Indonesia U-19 sempat terlihat tergesa-gesa dalam mengeksekusi peluang yang mereka miliki. Tercatat mereka hanya mampu mengarahkan 8 tembakan ke arah gawang Brunei dari sekitar 25 percobaan.
Menembus tembok pertahanan lawan sebenarnya tak hanya bisa dilakukan dengan tembakan dari luar kotak pinalti. Timnas Indonesia U-19 tampak masih kurang dalam hal menciptakan umpan-umpan silang pada laga itu. Padahal, secara postur tubuh Timnas Indonesia U-19 menang atas Brunei.
Selain itu timnas juga harus lebih sabar untuk memancing pemain Brunei keluar dari area permainannya. Dengan membuka ruang, Timnas Indonesia U-19 seharusnya bisa lebih memaksimalkan kecepatan yang mereka miliki.
5. Maksimalkan bola-bola mati
Timnas Indonesia U-19 tercatat memiliki 11 tendangan penjuru pada laga melawan Brunei Darussalam. Dari 11 tendangan itu Indonesia hanya mampu memanfaatkan 2 diantaranya menjadi gol, satu gol bunuh diri pemain Brunei dan satu tendangan keras Saddil Ramdani.
Timnas Indonesia U-19 seharusnya bisa lebih memaksimalkan peluang dari bola-bola mati seperti ini. Variasi skema bola mati perlu diberikan oleh Pelatih Indra Sjafri kepada Egy Maulana Vikri cs.