TEMPO.CO, Jakarta - Kehebatan Zinedine Zidane di Real Madrid seperti musnah. Pada dua musim pertamanya, 2015/2016 dan 2016/2017, ia bisa merebut satu gelar Liga Spanyol dan dua gelar Liga Champions.
Musim ini? Gelar juara La Liga hampir pasti melayang. Timnya kini tertinggal 14 poin dari Barcelona. Di Liga Champions, langkah mereka juga belum pasti. Di babak 16 besar El Real harus melewati klub kuat asal Prancis, Paris Saint-Germain.
Sorotan negatif buat Zidane muncul setelah Real Madrid dikalahkan Barcelona 0-3 dalam laga El Clasico akhir pekan lalu. Apa yang membedakan kiprahnya musim ini dari musim sebelumnya?
Harian Spanyol, Marca, mengulas bahwa pelatih asal Prancis ini telah melupakan kekuatan utamanya di Real Madrid. Pada dua musim awalnya, ia bersinar karena mampu menjadi manajer sumber daya manusia yang hebat, bukan karena kelebihannya taktiknya di lapangan.
Real Madrid justru membutuhkan pelatih seperti itu. Masalahnya, musim ini, perannya sebagai manajer sumber daya itu mulai goyah. Terutama terlihat di laga El Clasico.
Zidane dianggap telah menempuh jalan Jose Mourinho. Di laga besar itu, ia tergiur untuk memakai strategi "menghentikan Messi" dengan mengabaikan opsi terbaik yang ada dalam skuadnya.
Mourinho juga sebelumnya melakukan hal sama di klub itu. Ketika tampil di El Clasico, pendekatan pelatih yang kini menangani Manchester United itu selalu pragmatis. Taktik parkis bus dipakai, dengan pemain tertentu ditugasi menjaga Lionel Messi. Ia biasanya memasang Pepe sebagai gelandang untuk mengantisipasi pergerakan bintang Barca itu. Taktik itu jarang berhasil, juga kerap membuat kecewa suporter dan petinggi klub.
Zidane juga dinilai melakukan kesalahan sama. Obsesi untuk menghentikan Messi membuatnya memilih menurunkan Mateo Kovacic, ketimbang Isco. Taktik yang terbukti gagal itu memberi kesan buruk pada pemain dan suporter soal pemilihan pemain terbaik. Soalnya, selain Isco, Zidane juga mencadangkan Marco Asensio dan Gareth Bale di laga itu.
Kini, Zidane harus bekerja keras untuk menebus kesalahannya. Satu-satunya peluang yang dia miliki adalah berusaha mengantar Real Madrid memenangi gelar Liga Champions, untuk ketiga kalinya secara beruntun. Tugas itu tak gampang. Tapi bila bisa kembali berperan sebagai manajer sumber daya manusia yang baik seperti di musim sebelumnya, penebusan masih mungkin dia lakukan.
MARCA | AS