TEMPO.CO, Jakarta - Paris adalah kota yang bersejarah buat Zinedine Zidane. Pada 1998, Zidane mengangkat trofi Piala Dunia sebagai bintang pemain tim nasional Prancis.
Delapan tahun berikutnya, teriakan “Zizou! Zizou!” menyanjung nama panggilannya bergema di seputaran area publik Place de la Concorde, Paris.
Hal itu terjadi setelah ia “dimaafkan” karena hanya membawa Les Bleus menjadi runner-up Piala Dunia 2006 dan diusir dari lapangan karena menanduk dada bek Italia, Marco Materazzi, di final.
Bahkan pada saat itu, karena rasa simpati kepada Zidane yang bertidak emosional pada final Piala Dunia 2006 lantaran ucapan Materazzi yang diduga rasis, di Place de la Concorde, ada juga teriakan, “Zidane President.”
Di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Kamis dinihari 25 Januari 2018, Paris bisa jadi akan kembali mengisi relung hati Zidane ketika mengalami saat terburuknya sebagai pelatih Real Madrid. Mereka baru saja tersingkir dari babak perempat final Copa del Rey.
Sebelumnya, saat menjamu Leganes, dinihari tadi, Madrid dalam posisi sudah unggul 1-0. Namun, bermain tanpa Cristiano Ronaldo, pasukan Zidane kalah 1-2 dan tersingkir karena kalah gol tandang.
Setelah pertandingan di kandang itu, Zidane mengatakan bertanggung jawab penuh terhadap kekalahan timnya.
Zidane pun mengaku nasibnya sebagai manajer Real Madrid akan ditentukan pada pertandingan Liga Champions Eropa, Februari mendatang, melawan Paris Saint-Germain.
Leganes adalah tim pertama dalam sejarah Piala Raja Spanyol itu yang mampu mengalahkan Madrid di Bernabeu. Itu hal meyakitkan buat Madrid dan semakin membuat Zidane tersudut.
Pasalnya, di La Liga Spanyol, Madrid ketinggalan jauh dari musuh abadinya, Barcelona, di puncak klasemen yaitu 19 poin.
Zidane sudah membawa Madrid menjadi tim pertama dalam sejarah Liga Champions yang mampu mempertahankan gelar. Sekarang, ia meyakini pertandingan mereka melawan PSG dalam 16 besar mendatang menentukan masa depannya.
“Saya bertanggung jawab soal ini sebagai pelatih. Saya akan terus berjuang dan bekerja membuat tim lebih baik.
Berbicara tentang musim 2017-18 yang bisa menjadi saat terkelam dalam sejarah Madrid, Zidane bilang: "Saya selalu berpikir positif meski setelah gagal dan harus minta maaf kepada suporter. Kami punya laga Sabtu nanti dan 14 Februari di Liga Champions."
Tapi, banyak yang tahu, Zidane sedang tidak akur dengan Presiden Real Madrid, Florentino Perez, bula ini. Zidane tak mau memenuhi keinginan Perez merekrut kiper Kepa dari Athletic. “Kami tidak perlu merekrut pemain,” kata Zidane, meski ada dugaan ia mau melindungi anaknya yang menjadi kiper ketiga di Madrid.
Nasib Zidane bisa ada di tangan Neymar dan kawan-kawan dari Paris. Tapi, di sisi lain, PSG diyakini bersiap memboyong Zidane untuk menggantikan Unai Emery. Apalagi, jika PSG kembali gagal menembus final Liga Champions musim ini. Emery juga menimbulkan masalah karena sulit mengatur ego Neymar dan bintang PSG lainnya.
Menurut Diario Sport, PSG menilai pahlawan Prancis di Piala Dunia 1998 itu adalah pilihan paling sempurna untuk melanjutkan proyek ambisius mereka menjadi klub terhebat di dunia.
Kontrak Zidane dengan Los Blancos baru berakhir Juni 2020. Ia juga sudah pernah menegaskan tidak akan pernah mundur sebagai pelatih kepala Madrid. Tapi, dalam sepak bola, segalanya bisa terjadi.
Jika Perez dan kawan-kawan di pucuk pimpinan Real Madrid sudah “bosan” dengan sikap negasi Zidane, keputusan besar bisa terjadi. Itu seperti ketika mereka memecat Jose Mourinho, meski memang prestasi Mou di sana jauh di bawah Zizou.
GUARDIAN | HARD TACKLE |HARI PRASETYO