TEMPO.CO, Jakarta - “Kalau kamu menyaksikan pertandingan, kamu tidak melihat Busquets. Tapi, kalau kamu menonton Busquets, kamu melihat keseluruhan pertandingan,” kata Vicente del Bosque, mantan manajer tim nasional Spanyol, suatu kali tentang Sergio Busquets, pemain lini tengah Barcelona.
Pertandingan pertemuan pertama babak 16 besar Liga Champions di Stamford Bridge, London, Rabu 21 Februari 2018, antara Chelsea dan Barcelona yang berakhir 1-1 menunjukkan penggambaran kehebatan Busquets yang disampaikan Del Bosque itu.
Adalah Lionel Messi yang menjadi dewa penolong Barcelona dengan membobol gawang Chelsea pada menit ke-75 untuk menggagalkan keunggulan Chelsea melalui tendangan Willian 13 menit sebelumnya.
Tapi, yang membuat mesin dinamo terus berputar sepanjang 90 menit, baik dalam menyerang maupun bertahan, adalah Busquets.
Dalam pertandingan 16 besar Liga Champions 2018 di Stamford Bridge itu, Busquets mencetak rekor sebagai pemain yang paling banyak berhasil mengumpan yaitu 128 kali, terbanyak menyentuh bola (152), dan paling sukses melakukan teknik bola menghadang lawan, yaitu tackles, enam kali.
Rekor sebelumnya dipegang gelandang Barcelona lainnya, Paulinho, saat melawan Oympiakos dari Yunani, yaitu sukses melakukan umpan 111 kali dari 114 percobaan.
Gelandang Chelsea dari Prancis, N’Golo Kante, mendemonstrasikan pada pertandingan Rabu, 21 Februari 2018 itu, bagaimana besar peranannya ketika membawa bola buat tim tuan rumah. Tapi, Busquets membuktikan bagaimana cara menguatkan lini tengah sebuah tim.
Steven Gerrard, mantan bintang Liverpool yang menjadi salah satu pengamat pertandingan di Stamford Bridge itu, mengatakan ia akan merasa ngeri malam tersebut jika bertanding dekat-dekat dengan Busquets.
Dibandingkan dengan N'Golo Kante, yang sekarang menjadi salah satu gelandang terbaik di dunia, Busquets membuat 103 umpan lebih baik dari pemain Prancis itu. Akurasi umpannya sebanyak 92 persen.
Busquets menunjukkan konsistensi untuk mengawali serangan atau serangan balik Barcelona sebelum Lionel Messi dan Luis Suarez melanjutkannya di daerah luar dan dalam kotak penalti lawan.Ia membuat kerja Messi menjadi lebih mudah. Itu adalah “aliran darah” Barcelona dan Busquets menyadarinya.
“Saya bermain dalam sebuah posisi yang membutuhkan kerja keras, kemurahan hati, dan sedikit kemewahan. Tapi, saya menyukainya. Saya akan lebih memilih memotong dan merebut bola 10 kali daripada menembak,” kata Busquets.
“Itulah gunanya saya berada di sini, lapangan, untuk membuat rekan-rekan semuanya bekerja lebih mudah,” kata Busquets.
Jadi jika pelatih Antonio dan para pemainnya di Chelsea ingin mengalahkan Barcelona pada pertemuan kedua babak 16 besar Liga Champions 2018, Maret mendatang, di Nou Camp, mereka harus bisa “mematikan” pemain tim nasional Spanyol berusia 29 tahun itu lebih dulu. Dan, bukan Lionel Messi.
GIVEMESPORT | DAILY MIRROR | HARI PRASETYO