TEMPO.CO, Jakarta - Penyerang baru Persija Jakarta asal Kroasia,
Marko Simic, tampil gemilang pada ajang Piala Presiden 2018. Selain membawa skuad Macan Kemayoran juara, Simic juga terpilih menjadi pemain terbaik dan sekaligus memborong gelar pencetak gol terbanyak, dengan 11 gol.
Penampilan impresif pemain berumur 30 tahun itu mengundang banyak decak kagum. Apalagi, ini adalah kali pertama Simic mencoba iklim sepak bola di Indonesia. Euforia pun menyebar, berbuntut pada merebaknya keinginan masyarakat untuk menaturalisasi pemain dengan julukan Super Simic itu.
Ditemui usai latihan bersama Persija di Jakarta Timur, pada Kamis, 22 Februari 2018, Simic pun mengakui banyak dukungan bagi dirinya untuk dinaturaslisasi. Ia pun mengaku siap menerima jika permintaan menjadi warga negara Indonesia, muncul kepadanya.
"Mungkin masa saya bersama Kroasia sudah berlalu, dan saya sekarang berada di Indonesia. Dan saya sudah merasa seperti berada di rumah," kata dia.
Simic memang pernah tercatat membela timnas Kroasia U-19 hingga U-21. Ia membukukan tiga gol dari total 13 penampilannya. Naturalisasi pun bukan hal baru di Indonesia. Terakhir, ada nama striker Bali United, Ilija Spasojevic yang beralih kewarganegaraan.
Meski begitu, layakkah Super Simic mengikuti jejak Spaso? Berikut beberapa catatan terkait wacana naturalisasi bagi Simic:
1. Faktor Usia
Simic saat ini telah berusia 30 tahun. Usia ini sebenarnya masih tergolong masih bugar dan kerap mampu menujukan performa menjanjikan. Ilija Spasojevic membuktikan hal ini dengan tetap tampil tajam di Timnas Indonesia, meski telah berumur 30 tahun.
Namun, masalah muncul karena Simic tak bisa begitu saja dinaturaslisasi. Terdapat aturan, pemain harus setidaknya tinggal di negara tempat naturalisasinya nanti, selama minimal lima tahun.
Super Simic baru mencicipi kompetisi sepak bola di Indonesia pada 2018 ini. Persija menjadi klub Indonesia pertamanya, yang merekrut Simic dari klub Malaysia, Melaka United pada akhir Desember 2017. Alhasil, jika menuruti aturan, Simic baru bisa dinaturaslisasi pada lima tahun ke depan, dengan catatan ia terus bermain di klub Indonesia.
Itu pun berarti Simic akan berumur 35 tahun saat siap dinaturaslisasi. Akankah Simic masih mampu menunjukan tajinya di umur sesenja itu?
2. Sering Berpindah
Simic memiliki catatan kerap berpindah tim dengan intensitas cukup tinggi. Sebelum bergabung bersama Persija Jakarta, Simic telah melanglangbuana di jagad sepak bola Asia Tenggara. Sejak 2015, ia telah mencicipi kompetisi di Liga Vietnam. Selama dua tahun berkarir di Vietnam, tercatat tiga klub telah dibela Simic.
Pada 2017, ia berlabuh ke klub Malaysia, Negeri Sembilan. Namun tak sampai setahun, Simic kembali pindah ke klub Malaysia lain, Melaka United. Ia tercatat bermain cukup impresif di kedua klub itu dengan mencetak masing-masing 7 dan 9 gol. Namun di akhir 2017, ia kembali pindah dan berlabuh di Persija Jakarta.
Simic juga tercatat pernah membela tim nasional Kroasia di level U-19 hingga U-21. Meski telah menyatakan masanya bersama Kroasia telah usai, masih butuh waktu bagi Simic untuk membuktikan loyalitas dan kecintaanya pada Indonesia?
3. Kualitas Belum Teruji
Simic tampil impresif di Piala Presiden 2018 lalu. Catatan 11 gol dan gelar pemain terbaik mampu ia torehkan di kompetisi pertama di Indonesia yang ia ikuti. Namun apakah hal itu cukup untuk membuktikan kualitas Super Simic?
Kompetisi Liga 1 Indonesia akan menjadi ajang pembuktian bagi Simic. Selain itu, Persija Jakarta juga berlaga di ajang Piala AFC 2018. Simic tak dapat tampil di laga pertama, yang berakhir dengan kekalahan Persija dari wakil Malaysia, Johor Daarul Tazim. Namun di laga kedua kontra Tampines Rovers dari Singapura, Simic dinyatakan siap bermain. Mampukah Simic konsisten menunjukkan kualitasnya di Indonesia?
4. Tak semua sukses
Bila naturalisasi dimaksudkan untuk memperkuat timnas, kita perlu belajar dari pengalaman. Indonesia punya catatan panjang soal pemain naturalisasi. Sejak jaman Cristian Gonzalez pada 2010, hingga Ilija Spasojevic terakhir, naturalisasi pemain bola seakan menjadi proyek jangka pendek bagi tiap pelatih yang menangani timnas.
Tak semua pemain yang dinaturalisasi mampu menunjukkan tajinya. Nama-nama seperti Gonzalez, Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, hingga Spasojevic, terhitung cukup mampu menjawab kepercayaan itu. Namun banyak pula nama-nama
pemain naturalisasi yang gagal menampilkan performa terbaiknya, dan hanya mampu mencatatkan satu caps saja bersama timnas, dan kemudian menghilang.
Baca: Apa Kabar Stadion Persija? Anies Baswedan Belum Beri Kabar Baik