TEMPO.CO, Jakarta - Minggu siang, 22 April 2018, di depan salah satu pintu loket masuk Stasiun Kereta Api Kota Baru Malang, Jawa Timur, sejumlah porter tampak sibuk berbicara di bawah hujan gerimis yang membasahi kota itu.
Baca: Jadwal Siaran Langsung Liga 1 Senin Ini: Bhayangkara Vs Persela
Mereka bukan sibuk mendiskusikan tawaran para penumpang yang membawa banyak barang untuk naik kereta api. Tapi, mereka sibuk membahas nasib klub sepak bola Arema FC setelah dikalahkan tuan rumah Madura United 3-2 dalam lanjutan Liga 1 2018, Sabtu.
“Masih untung kalau Arema nantinya tidak terdegradasi,” kata salah seorang porter itu sambil tersenyum tapi dengan raut muka yang masam.
Pada lima pertandingan pertama kompetisi Liga 1 Indonesia musim kompetisi 2018, Arema FC hanya mampu meraih dua poin sehingga menempati urutan terbawah dari 18 klub peserta kompetisi.
Untuk menambah kesulitan mereka, dua pertandingan berikutnya yang berlangsung di kandang mereka, Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, yaitu melawan Persipura Jayapura, Jumat 27 April, dan menjamu PSM Makassar, 13 Mei, harus berlangsung tanpa penonton di sisi tribun bagian timur.
Padahal, di tempat itulah, tribun timur Stadion Kanjuruhan, Yuli Sumpil, sebagai dirigen Aremania, biasa memandu rekan-rekan suporternya untuk mendukung Arema FC dalam berbagai bentuk yang menarik ditonton dan memberikan semangat,
Keharusan menutup tribun sebelah timur itu merupakan bentuk hukuman dari Komisi Disiplin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akibat kerusuhan suporter saat Arema FC menjamu Persib Bandung pada Minggu, 15 Apri 2018.
Yuli Sumpil dan kawan-kawan akan tetap membayar tiket untuk menointon tapi mereka akan tetap berada di luar stadiion dan menonton pertandingan dari layar lebar.
Dukungan dari sebagian besar warga Kota Malang, seperti yang ditunjukkan beberapa porter di Stasiun Kota Baru itu dan aksi Yilis cs, terhadap tim Arema bukan hal baru. Tapi, juga bersikap khas.
Pasalnya, klub Arema –dari bernama Arema, Arema Cronus, Arema Indonesia, sampai sekarang Arema FC- menduduki sejarah yang cukup istimewa dalam perkembangan pembinaan sepak bola di Indonesia.
Klub Arema lahir pada era perintisan kompetisi sepak bola semiprofesional yang pertama di Indonesia, yaitu Liga Sepak Bola Utama (Galatama) pada 1979.
Arema adalah salah satu pionir dari pembaruan pola pembinaan sepak bola nasional dan termasuk dari segelintir klub eks Galatama yang bisa bertahan sampai sekarang.
Sejarah klub Arema mengilhami lahirnya suporter Aremania yang kemudian menjadi salah satu suporter terkemuka di Indonesia tanpa diorganisir secara resmi oleh pihak-pihak tertentu dan tumbuh berkembang atas dasar kesadaran bersama.
Aremania mampu mengikat secara tidak resmi kepedulian dan kecintaan mereka kepada klub sepak bolanya, seperti yang tercermin dari pembicaraan sejumlah porter di stasiun kereta api di Kota Malang itu.
Tapi, identitas atau kultur tersendiri yang menghidup Aremania itu bisa terancam keberadaannya, jika sumber utamanya, yaitu klub sepak bola yang didukungnya terus-menerus kalah dan surut dari orbit sepak bola nasional.
Buat para suporter Arema, kecintaan mereka kepada klub yang didukungnya –meminjam “pidato” perpisahan Arsene Wenger di Arsenal- lebih dari sekadar menang dan kalah. Tapi, jika Arema FC terancam terdegradasi setelah berpuluh tahun berada di divisi tertinggi, pengaruhnya pasti ada buat Aremania.
Lihatlah Leeds United yang sangat terkenal dengan sebutan The Young Guns pada Liga Primer Inggris 1992-2004 tapi kemudian turun divisi dan belum pernah naik lagi sampai sekarang.
Teriakan, “Leeds! Leeds! Leeds!” yang legendaris itu dari para suporter The Young Guns itu tak lagi menjadi semangat yang menghidupi kebudayaan suporter ini pada masa sekarang.
Sabtu lalu, tim Sunderland, yang pernah terkenal dengan militansinya ketika masih berlaga di Liga Primer Inggris, harus turun lagi, yaitu ke divisi ketiga, setelah dikalahkan Burton 2-1 di kandang kebesaran mereka, Stadium of Light.
Untuk kedua kali dalam sejarah 130 tahun mereka, tim berjuluk Kucing Hitam ini harus berlaga di kasta ketiga sepak bola Inggris.
Baca: Liga 1: Dramatis, Madura United Kalahkan Arema FC 3-2
Jika Arema FC tak waspada, mereka bisa bernasib seperti Persik Kediri yang menjuarai Liga Indonesia sebelum anjlok ke Liga 3 sekarang. Atau, seperti Leeds United dan Sunderland yang kehilangan cahaya.