TEMPO.CO, Jakarta - Setelah sukses menembus final Liga Champions Eropa, Liverpool dikalahkan tuan rumah Chelsea 1-0 di Liga Primer Inggris, Minggu 6 Mei 2018.
Baca: Klasemen Liga Inggris: Man City Seri, Chelsea dan Arsenal Menang
Ini bisa jadi kecenderungan yang merugikan buat Liverpool sebelum berhadapan dengan Real Madrid pada final Liga Champions.
Dikhawatirkan mereka mengalami antiklimaks, yaitu kalah di final dari Madrid dan kehilangan tiket ke Liga Champions musim depan.
Posisi Liverpool dalam zona Liga Champions dalam klasemen Liga Primer Inggris masih belum aman. Liverpool ada di peringkat ketiga dengan menyisakan satu pertandingan lagi buat mereka.
Tapi, Tottenham Hotspur, di peringkat keempat, dan Chelsea, urutan kelima, memiliki sisa pertandingan lebih banyak, yakni dua partai.
Artinya dengan perolehan nilai yang berdekatan di antara Liverpool, Tottenham, dan Chelsea, yaitu 72, 71, dan 69, perebutan posisi ketiga dan keempat masih bisa sangat terbuka.
Manajer Chelsea, Antonio Conte, sudah menyatakan tekadnya untuk membawa timnya merangsek ke dalam empat besar. Mauricio Pochettino, manajer Tottenham, pun demikian.
Jadi, apakah Liverpool sengaja mengendorkan tekanan atau secara manusiawi kelelahan setelah berjuang mengatasi AS Roma dalam semifinal Liga Champions?
Jika dilihat dari semua kejuaraan yang diikuti, Liverpool gagal meraih kemenangan pada tiga pertandingan terakhir.
Setelah menggilas Roma 5-2 di Anfield, klub berjuluk Reds itu diimbangi Stoke City 0-0 di Liga Primer, kemudian dikalahkan Roma 4-2 pada pertemuan kedua di Liga Champions, dan terakhir menyerah satu gol di Stamford Bridge.
Ada grafik menurun. Meskipun, nilai kekalahan 2-4 pada semifinal kedua Liga Champions di Olimpico, Roma, bisa punya makna lain. Pasalnya, mencetak gol di partai tandang pada kejuaraan dengan sistem gugur merupakan prestasi tersendiri.
Satu hal yang menonjol adalah Liverpool dua kali beruntun tampil buruk di Liga Primer dan sang manajer, Jurgen Klopp, mengutarakan kekecewaannya.
Melawan Chelsea, Klopp secara terbuka mengkritik tindakan bintangnya, Mohamed Salah, yang melakukan diving sehingga wasit menghukum pemain terbaik Liga Primer Inggris itu dengan kartu kuning.
Diving adalah tindakan seorang pemain berlagak seakan-akan mendapat pelanggaran di kotak penalti lawan.
Sebagian orang mencela hal itu sebagai tindakan tidak sportif. Sebagian lain menilai tindakah itu sah sebagai bagian dari strategi permainan.
Salah dinilai wasit melakukan diving setelah tampak terjatuh dilanggar bek tengah Chelsea, Gary Cahill. Dijaga mantan rekannya di AS Roma, Antonio Rudiger, dan Cahill, bintang sepak bola Mesir itu kewalahan untuk menembus pertahanan Chelsea.
“Dengan segala situasi lainnya, ia tidak bisa melakukan pelanggaran apapun lagi. Itu tidak dibenarkan. Anda harus mengantisipasinya,” kata Klopp tentang tindakan Salah, seperti dikutip dari Guardian.
Penyerang pujaan Liverpool itu telah mencetak 41 gol musim ini dan bakal diandalkan pada final Liga Champions 26 Mei mendatang di Kiev, Ukraina.
“Ia bisa bermain jauh lebih baik dan mencetak gol lai. Tapi, tidak hari ini,” kata Klopp tentang Salah setelah melawan Chelsea.
Baca: Lawan Madrid, Liverpool akan Main dengan Determinasi yang Tinggi
Salah dan kawan-kawan di Liverpool perlu mewaspadai tren menurun yang mereka alami dalam situasi terakhir. Terlena bisa mendatangkan antiklimaks buat mereka di Liga Champions maupun Liga Primer Inggris.