TEMPO.CO, Jakarta - Eks pelatih Sevilla dan Paris Saint-Germain, Unai Emery, disebut sebagai calon paling kuat untuk menjadi Manajer Arsenal menggantikan Arsene Wenger. Pria asal Spanyol itu dikabarkan sudah berada di London untuk melakukan pembicaraan dengan para petinggi klub.
Dari sisi rekan jejaknya, Emery bisa dianggap biasa-biasa saja. Memulai karirnya sebagai manajer di sebuah klub divisi dua, Lorca Deportivo, pada 2005 lalu nama Emery baru mencuat ke permukaan ketika dia berhasil membawa Valencia menempati posisi ketiga klasemen Liga Spanyol dalam tiga tahun secara beruntun pada 2010-2012.
Namun pencapaian terbaik Unai Emery adalah ketika dia berhasil membawa Sevilla tiga kali menjuarai Liga Eropa secara beruntun pada 2014-2015. Pada 2016 PSG pun menarik Emery setelah mereka memecat Laurent Blanc yang dinilai gagal berbicara banyak di kancah Eropa.
Di PSG, langkah Emery bisa dianggap tak terlalu mulus. Pada tahun pertamanya melatih, PSG justru kehilangan mahkota gelar juara Liga Prancis yang direbut oleh AS Monaco. Di Liga Champions, kekalahan 1-6 yang diterima PSG di Stadion Camp Nou membuat keunggulan 4-0 mereka atas Barcelona pada laga pertama tak berarti apa-apa.
Pada tahun kedua, pria yang kini berusia 46 tahun itu juga tak bisa dianggap sukses. Setelah PSG mendatangkan sejumlah pemain mahal seperti Neymar dan Kylian Mbappe, Emery kembali tak mampu membawa mereka berbicara banyak di level Liga Champions. Kali ini mereka disingkirkan oleh Real Madrid.
Meskipun berhasil meraih gelar juara Liga Prancis dan Copa Prancis, Emery akhirnya memutuskan mundur dari kursi pelatih PSG.
Sebagai seorang pelatih, Emery dikenal sangat memperhatikan detail taktik. Bahkan, untuk menyampaikan apa yang dia inginkan, Emery kerap memberikan pekerjaan rumah kepada anak buahnya berupa video yang harus mereka tonton dan cermati.
Dia juga dianggap sebagai pelatih yang jeli melihat kemampuan pemain-pemainnya. David Silva dan David Villa merupakan bukti dari dua kesuksesan Emery ketika menangani Valencia. Kevin Gameiro yang kini bermain untuk Atletico Madrid juga merupakan hasil tangan dingin Emery.
Keinginan Emery untuk mengorbitkan pemain muda sebenarnya sangat kuat. Namun dia tampaknya tak bisa berbuat banyak di PSG karena keinginan pemilik klub itu untuk mengumpulkan pemain-pemain bintang.
Hasrat Emery tersebut dianggap cocok dengan filosofi Arsenal yang memang sejak era Wenger selalu mengutamakan pembelian pemain-pemain muda tak ternama untuk kemudian dibentuk dan ditempa. Apalagi, Arsenal disebut tak akan lagi belanja jor-joran seperti musim-musim sebelumnya pada bursa kali ini. Kubu The Gunners kabarnya hanya menyediakan dana pembelian pemain senilai 50 juta pound sterling saja.
Namun salah satu kelemahan Emery yang tampak sangat terlihat adalah dia bukan sebuah sosok yang cukup karismatik atau cukup kuat dalam mengendalikan ruang ganti. Salah satu contohnya adalah bagaimana dia tak bisa melerai pertikaian antara Neymar dan Edison Cavani soal siapa yang harus mengambil tendangan-tendangan mati di PSG. Emery justru hanya berkata, "Mereka bisa menyelesaikannya sendiri."
Dengan gaya kepelatihan dan kepemimpinan seperti itu, wajar jika kedatangan Unai Emery dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Hal yang sama terjadi ketika Arsene Wenger menangani Arsenal pertama kali pada 1996. Namun, jika seluruh skuad Arsenal mampu berada di belakang sang manajer bukan tak mungkin keraguan tersebut akan terjawab lunas.
THE GUARDIAN| SKY SPORTS