TEMPO.CO, Jakarta - Tim Jerman seharusnya tidak terlalu terkejut karena mereka tersingkir pada babak pertama putaran final Piala Dunia untuk pertama kali dalam 80 tahun. Hal itu terjadi setelah juara bertahan ini dikalahkan Korea Selatan 2-0 pada fase grup Piala Dunia 2018 di Vatutinki, Rabu 27 Juni.
Baca: Kejutan Besar Piala Dunia 2018: Ditekuk Korea, Jerman Tersingkir
Baca Juga:
Juara Piala Dunia empat kali ini seharusnya sudah melihat bendera merah dan menyadari adanya peringatan setelah gagal menemukan bentuk permainan terbaiknya hampir setahun sebelum Piala Dunia 2018 di Rusia dimulai 14 Juni lalu.
Baca: Jerman 'kehilangan kata-kata' setelah tersingkir dari Piala Dunia 2018 ...
Tapi, kombinasi dari kepercayaan diri yang berlebihan, keras kepala, dan kecerobohan yang mengubah semua itu menjadi racun buat penampilan mereka pada fase Grup F Piala Dunia 2018. Racun itu kemudian membuat mereka harus berkemas pulang melalui jalur penerbangan menuju Frankfurt karena hanya menang sekali dari tiga pertandingan.
Baca: Klasemen Piala Dunia 2018 Setelah Jerman Tersingkir
Tim Jerman, yang dulu sebuah mesin pencetak gol dan memainkan sepak bola menyerang yang gigih, tergerus hanya menjadi kumpulan pemain berotot yang ganas, tidak kompak, dan gagal beroperasi sebagai tim.
Tentu, orang yang paling bertanggung jawab adalah pelatih Joachim Loew. Ia tidak pernah memperhatikan tanda-tanda yang sudah terlihat tahun lalu.
Juara Piala Dunia 2014 ini memenangi Piala Konfederasi 2017 dan menyelesaikan kualifikasi dengan sempurna, yaitu memenangi 10 dari 10 pertandingannya Oktober lalu.
Loew membanggakan tentang kedalaman skuadnya. Ia setidaknya merekrut tiga lusin pemain dalam seleksi pemilhan. Tapi, setelah rangkaian kesuksesan tersebut, hal-hal yang negatif terjadi secara bertahap.
Tim Jerman bermain seri melawan Inggris dan Spanyol pada partai persahabatan dalam rangka uji coba menuju Piala Dunia 2018. Setelah itu, mereka dikalahkan Brasil, Maret lalu, sebelum dikalahkan Austria.
Jerman kemudian hanya bisa bermain seri melawan Arab Saudi sebelum pergi ke Rusia.
Loew kemudian melanjutkan eksperimennya soal susunan pemain dan sistem dalam bermain. Ia menegaskan sukses Jerman berbasis pada kesadaran ada yang salah dalam penampilan mereka di pertandingan persahabatan.
Loew tetap yakin bahwa semuanya akan berjalan dengan baik seiring perkembangan waktu setelah mereka mendarat di Rusia.
Tapi, ada sejumlah masalah atau pertanyaan yang mencuat ketika ia melakukan seleksi 23 pemain inti ke Rusia.
Loew mencoret pemain muda terbaik di Liga Primer Inggris, Leroy Sane, yang merupakan pemain Jerman paling berbakat pada generasinya.
Sebaliknya, Loew tetap mempertahankan pemain penyerang yang sudah menua, Mario Gomez, serta pemain yang sudah kehilangan bentuk permainan terbaiknya, Sami Khedira dan Mesut Ozil.
Ozil dan rekan setimnya, Ilkay Gundogan, yang merupakan pemain keturunan Turki menjadi pusat kontroversi sebelum turnamen. Hal itu terjadi setelah mereka berfoto bersama Presiden Turki, Tayyip Erdogan.
Tuntutan dari sebagian orang di Jerman agar dua pemain itu dicoret dari skuad ke Piala Dunia 2018, karena mereka mengatakan Erdogan adalah presiden mereka, tak pernah ditanggapi secara serius.
Tapi, penampilan dua pemain tersebut yang tak pernah bisa maksimal di Piala Dunia 2018 ini kemudian dikaitkan lagi dengan foto mereka bersama Erdogan.
Ozil digantikan pemain lain ketika Jerman dikalahkan Meksiko pada partai persana. Gelandang Arsenal itu kemudian tampil lagi pada partai terakhir Grup F. Tapi, tidak ada kontribusinya dalam kekalahan yang menggemparkan, yaitu 0-2 melawan Korea Selatan.
Tapi, ada yang lebih menyedihkan dari penampilan loyo Ozil, ketiadaan pemimpin di lapangan, dan kelemahan lainnya, yaitu Jerman hanya mampu mencetak dua gol dari tiga laga.
“Ada sedikit kepercayaan diri yang berlebihan menjelang pertandingan pembukaan melawan Meksiko,” kata Loew. “Kami pikir bisa hanya dengan menekan tombol dan menang.”
Baca: Piala Dunia 2018: Jerman Tersingkir, Simak 4 Fakta Menarik Ini
Pelatih berusia 58 tahun itu mengambil alih posisi pelatih Jerman dari Juergen Klinsmann pada 2006 dan masih terikat kotntrak sampai 2022. Ia menegaskan bertanggung jawab atas kegagalan Jerman di Rusia. Tapi, ia belum tentu sekarang dipertahankan sejauh itu oleh federasi sepak bola Jerman.
REUTERS | ESPN