TEMPO.CO, Jakarta - Setelah musim lalu merosot bersama Antonio Conte, Chelsea mengisyaratkan bakal kembali bersinar di Liga Primer Inggris setelah memenangi lima pertandingan perdananya musim ini, 2018-2019.
Baca: Klasemen Liga Inggris: Liverpool, MU, Man City, Chelsea Menang
Di Stadion Stamford Bridge, London, Sabtu, 15 September 2018, klub tuan rumah Chelsea mengalahkan Cardiff City 4-1.
Dengan selisih gol yang lebih baik, yaitu 10, Chelsea menggeser posisi Liverpool yang juga memenangi lima laga perdananya dari puncak klasemen sementara liga. Liverpool mesti turun ke peringkat kedua karena selisih gol mereka adalah 9.
Sebenarnya belum ada yang terlalu istimewa dari kedatangan manajer baru di Chelsea yang juga berasal dari Italia seperti Conte, yaitu Maurizio Sarri.
Mantan pelatih Napoli itu memang tak lagi memasang tiga bek seperti pendahulunya, Conte. Sarri juga merekut pemain baru, yang salah satunya kemudian menjadi kiper termahal di dunia saat ini dari Spanyol, Kepa Arrizabalaga.
Tapi, secara pola permainan, masih seperti Chelsea dua musim lalu ketika dibawa Conte memenangi Liga Primer Inggris.
Tapi, terkadang, untuk mengubah atau mendongkrak kualitas permainan tim “hanya” butuh suasana baru dalam tim dan itu bisa berupa pergantian pelatih yang membawa suasana lain. Conte pada saat-saat akhirnya di Stamford Bridge. lebih sering tegang dan marah-marah. Sarri datang dengan kredonya bahwa seserius apapun. sepak bola adalah permainan, jadi nikmatilah.
Eden Hazard yang dipuji setinggi lagit oleh Sarri setelah memborong tiga gol melawan Cardiff sudah diakui kehebatannya sejak dua musim lalu. Itu sebabnya sampai menjelang jendela transfer musim panas lalu, isu yang selalu panas bahwa Hazard akan segera pindah ke Real Madrid masih terus mencuat.
Baca: Eden Hazard Borong 3 Gol, Sarri: Ia yang Terbaik di Eropa
Sarri pun berusaha menyegarkan kembali penyerang dari Spanyol, Alvaro Morata, yang kehilangan daya sengat sejak musim lalu dan menjadi “kartu mati” buat Conte.
Sarri masih menjalani bulan madu. Tantangannya mungkin akan terjadi pada paru kedua kompetisi atau pada peruntungan mereka di Liga Champions Eropa, hal yang membuat Conte terdepak.
Sarri sebagaimana Conte dan pelatih-pelatih profesional papan atas di Eropa sudah kenyang pengalaman dipecat. Kali ini, Sarri mengantipasi agar agar apa yang dialaminya di Napoli tidak terjadi di Stamford Bridge, dengan memperkuat tim kepelatihannya dengan staf yang sudah pengalaman di Liga Inggris.
Sarri menunjuk Gianfranco Zola yang juga mantan bintang pemain Chelsea dan tim Italia sebagai asisten manajer. Ia juga merekut sejumlah staf lain dari Italia.
Dua musim lalu, Conte juga melakukan hal yang sama, dengan merekut staf sebagian dari rekan-rekan senegaranya. Yang membeka Sarri sekarang mungkin adalah pada faktor Zola tersebut.
Setelah Gianluca Vialli, Claudio Ranieri, Carlo Ancelotti, Roberto Di Matteo, Sarri meneruskan kiprah para pelatih dari Italia di klub raksasa Liga Primer Inggris ini yang dimiliki saudagar dari Rusia, Roman Abramovich, sejak 2003.
Roberdo Di Matteo adalah satu-satunya pelatih dari Italia yang meraih apa yang tak pernah bisa dicapai Jose Mouinho ketika membesarkan Chelsea pada era kepemilikan Abramovic, yakni trofi Liga Champions Eropa.
Tapi, kepemimpinan Di Matteo pada 2012 tak berumur panjang. Ia dipecat pada musim berikutnya setelah mempersembanhkan trofi Champions dan Piala Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Baca: Maurizio Sarri, Dari Bankir Hingga ke Chelsea
Menjadi tantangan tersendiri buat Sarri untuk bisa berumur panjang di Chelsea; seperti Mourinho yang bisa memimpin Chelsea pada dua periode yang berbeda, sebelum dipecat juga.