TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia disingkat PSSI Edy Rahmayadi punya alasan tersendiri menanggapi rangkap jabatan yang tengah dijalaninya. Ia menilai tidak perlu melepas jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI karena sudah menjadi Gubernur Sumatera Utara.
Menurut Edy, persoalan dalam rangkap jabatan bukanlah memilih melepas salah satu diantaranya, tapi lebih kepada manajemen.
Baca : Penghentian Kompetisi Liga 1, Ketua PSSI: Kami Ingin Tenang Dulu
"Dalam manajemen sudah ada aturan dan program. Siapa pun pemimpinya dia akan lakukan pengawasan," kata Edy di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 25 September 2018. .
Selain duduk sebagai Ketua Umum PSSI, Edy merupakan Gubernur Sumatera Utara yang berpasangan dengan Musa Rajekshah sebagai Wakil Gubernur. Sebelum terpilih menjadi gubernur, Edy yang menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Purnawirawan berpangkat Letnan Jenderal itu berhenti sebagai Pangkostrad sebelum mengikuti pemilihan kepala daerah.
Lebih lanjut, Edy tak mau rangkap jabatan yang dijalaninya dikait-kaitkan dengan kasus tewasnya pendukung Persija Jakarta, Haringga Sirila. "Tidak ada kaitannya (jabatan) gubernur dengan kejadian di Bandung (pengeroyokan suporter)," ucapnya.
Simak pula :
Cerita Suporter Persija yang Tewas Minta Ini Saat Pamit ke Ibunya
Polemik rangkap jabatan yang dilakoni Edy Rahmayadi kembali mencuat. Sebelumnya pada Juli lalu atau usai Pilkada serentak, muncul petisi di Change.org yang mendesak mundurnya Edy dari jabatan Ketua Umum PSSI.
Alasan desakan agar jabatan Ketua Umum PSSI dilepas itu ialah agar Edy bisa fokus memimpin Sumatera Utara. Selain itu, seseorang yang menduduki dua posisi strategis di lembaga atau pemerintahan berpotensi melahirkan konflik kepentingan.