TEMPO.CO, Jakarta - Laga Liverpool vs Manchester City akan bergulir pada Ahad malam besok. Laga ini sangat panas mengingat akan memperebutkan posisi puncak klasemen Liga Inggris.
Kedua tim saat ini sama-sama memiliki 19 angka dari 7 laga. Manchester City berada di puncak karena memiliki keunggulan selisih gol yang lebih baik.
Melihat 7 laga di awal musim ini, Manchester City bisa dianggap lebih beruntung. Mereka sejauh ini baru menghadapi Arsenal sebagai tim yang bisa dianggap tim elit di Liga Inggris. Sementara Liverpool sudah menghadapi Tottenham Hotspur dan Chelsea.
Jurgen Klopp dan Pep Guardiola tercatat telah bertemu 14 kali. Secara statistik, Klopp sedikit lebih unggul dari Guardiola. Klopp mengantongi 7 kemenangan berbanding 5 kemenangan milik Guardiola, 2 laga lainnya berakhir imbang.
Musim lalu, Liverpool dan Manchester City tercatat 4 kali bertemu, 2 kali di ajang Liga Inggris dan 2 lainnya di ajang Liga Champions. Dari 4 pertemuan itu, Manchester City harus 3 kali mengakui kekalahan dari Liverpool dan hanya sekali meraih kemenangan, itu pun karena Liverpool bermain dengan 10 orang setelah Sadio Mane mendapatkan kartu merah.
Statistik itu membuat banyak orang menilai bahwa Klopp merupakan masalah terbesar bagi Guardiola. Bahkan, dia sendiri sempat mengakui kehebatan Klopp dalam meramu permainan.
"Cara Liverpool bermain sangat rumit bagi kami. Trio Mohamed Salah, Sadio Mane dan Roberto Firmino hampir tak bisa dihentikan," ujarnya saat Manchester City tumbang 4-3 dari Liverpool di Stadion Anfield musim lalu.
Mengupas 3 pertemuan terakhir, Liverpool memang tampil luar biasa. Mereka bisa meredam lini serang Manchester City dan membungkam lawannya itu dengan serangan balik mengandalkan kecepatan para pemainnya.
Klopp diprediksi akan kembali menerapkan taktik itu menghadapi Manchester City yang gemar mendominasi penguasaan bola. Mereka akan menunggu di lapangan permainan sendiri untuk kemudian merebut bola dari kaki pemain Manchester City.
Hal itu sangat penting dilakukan untuk memberikan ruang kepada Mohamed Salah, Sadio Mane dan Roberto Firmino untuk berlari. Kecepatan mereka terbukti sulit diantisipasi oleh lini belakang Manchester City.
Tak hanya itu, Klopp juga harus menghemat tenaga anak asuhnya yang mulai kelelahan karena harus menjalani jadwal padat dan ketat. Kelelahan itu sangat terlihat jelas dalam 3 laga terakhir. Liverpool gagal meraih kemenangan, bahkan harus menyerah dari Chelsea dan Napoli.
Faktor kelelahan Liverpool itulah yang harus dimanfaatkan oleh Guardiola dengan sebaik-baiknya. Mereka harus sabar dalam memainkan bola, menunggu para pemain Liverpool lengah untuk melakukan serangan mematikan.
Mengendalikan tempo permainan juga bisa menjadi kunci dari permainan Manchester City. Mereka harus paham kapan mengubah tempo dari lambat ke cepat untuk memberikan kejutan kepada Liverpool.
Meskipun demikian, satu hal yang perlu diingat adalah Pep Guardiola masih akan kehilangan Kevin de Bruyne yang mengalami cedera. Meskipun mampu melewati sejumlah laga dengan kemenangan tanpa De Bruyne, namun Guardiola belum sekalipun menghadapi tim elit Inggris tanpa otak serangan Manchester
City tersebut.
Kini, kreatifitas serangan Manchester City hanya bergantung pada David Silva. Jika Silva dimatikan dengan gengen pressing Klopp, maka sangat mungkin Manchester City akan kesulitan menembus lini belakang Liverpool.