TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Thailand akan segera mendeportasi pemain sepak bola Bahrain setelah ditangkap Interpol di bandara Bangkok sesuai dengan permintaan Bahrain. Rencana ekstradisi oleh pemerintah Thailand ini diprotes aktivis hak asasi karena dia bakal dianiaya di negaranya.
Menurut laporan kantor berita Reuters, Jumat 30 November 2018, otoritas Thailand menahan Hakeem Al Arabi yang bermain di sebuah klub sepak bola Australia dengan status pengungsi. Dia ditangkap Interpol ketika tiba di lapangan terbang Bangkok sesuai dengan permintaan Bahrain.
Al Arabi didakwa melakukan vandalisme di kantor polisi di Bahrain dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara secara in absentia. "Namun dia menolak dituding bersalah," tulis Reuters.
"Kami harus mendeportasi atau mengekstradisi dia ke negara asal. Berdasakan Undang-Undang, kami memiliki hak menahan dia sepanjang kami menginginkannya namun semua itu sesuai dengan kebutuhan," kata pejabat imigrasi Thailand yang tak bersedia disebutkan namanya kepada media.
Al Arabi, yang sebelumnya pernah bermain untuk tim nasional Bahrain, mendapatkan jaminan status pengungsi di Australia pada 2017. Saat ini, dia bermain untuk sebuah klub di Melbourne.
Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri, Chitapol Kanchanakit, mengatakan Thailand tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Bahrain, tetapi penahanan itu bisa saja dilakukan berdasarkan kasus per kasus.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia dalam sebuah pernyataan mengatakan, pihaknya telah melakukan kontak langsung dengan otoritas Thailand terkait dengan kasus ini, tetapi menolak memberikan keterangan lebih detail. Adapun pejabat di Kedutaan Besar Bahrain di Bangkok tidak bersedia berkomentar.
Al Arabi, pemain sepak bola dikenal sangat kritis terhadap Presiden Federasi Sepak Bola Asia, Sheikh Salman Alkhalifa, yang juga sepupu Raja Bahrain. Menurut laporan Human Rights Watch, dia pernah disiksa oleh otoritas Bahrain karena saudara-saudaranya menjadi aktivis politik selama Arab Spring pada 2011.