TEMPO.CO, Yogyakarta - Satgas Antimafia Sepak Bola membuat kehebohan di Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada Rabu siang 9 Januari 2019. Datang dengan belasan orang, satgas yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Krishna Mukti ternyata hanya bersilaturahmi dengan eks pemain PS Mojokerto Putra, Krisna Adi Darma.
Berdasarkan pantauan Tempo, satgas datang dengan menggunakan dua kendaraan roda empat. Selain itu terdapat juga anggota polisi yang mengawal menggunakan sepeda motor.
Kehadiran rombongan tersebut sontak membuat warga desa berhamburan. Mereka sempat menengok ke arah rumah keluarga Krisna Adi.
Namun warga tampak tak berani mendekat begitu mengetahui yang datang adalah anggota polisi. Mereka hanya terlihat berkumpul dan melihat dari jarak jauh.
Usai melakukan pertemuan dengan Krisna Adi dan keluarganya, Krishna Murti, menyatakan bahwa kunjungan tersebut hanya dalam rangka silaturahmi. Dia membantah bahwa kunjungan itu merupakan bagian dari penyelidikan mereka dalam kasus pengaturan skor laga PS Mojokerto Putra kontra Aceh United pada November 2018.
“Kalau Krisna Adi Darma ini dia tadi belum bisa ngomong banyak soal itu (kasus pengaturan skor), masih ngobrol ringan, dia sudah bisa ketawa saja kami sudah bersyukur kok,” ujar Khirsna Murti kepada awak media yang menantinya di depan kediaman Krisna Adi.
Khrisna tak mau menjelaskan apa yang diungkap oleh Krisna Adi. Hanya saja, dia membenarkan bahwa pihaknya tengah mendalami sejumlah kasus pengaturan skor yang diadukan kepada mereka.
“Kan tidak perlu disampaikan ke media, ngomong apa (Krisna Adi),” ujarnya. “Kalau kasus memang sudah ada beberapa laporan yang masuk ke polisi."
Kakak kandung Krisna Adi, Johan Arga membenarkan jika Satgas Anti Mafia Bola menyambangi adiknya hanya untuk menengok dan silaturahmi.
“Ya hanya tanya soal kronologi kecelakaan, terus proses operasinya seperti apa,” ujar Johan.
Ditanya apakah sang adik sebagai kunci utama dalam penyelidikan yang digelar Satgas Anti Mafia Bola saat ini, Johan tak tahu menahu.
“Soal kasus itu tentunya ada di ranah Satgas. Satgas yang bertugas. Pihak keluarga pasrah saja yang terbaik untuk Krisna,” ujarnya.
Johan juga membeberkan jika untuk proses operasi Krisna Adi selanjutnya, Satgas Anti Mafia Bola malah mau membantu. Baik materi maupun dukungan moral.
“Kami pihak keluarga tentu sangat berterima kasih untuk bantuan proses pemulihan Krisna,” ujarnya.
Krisna Adi Darma sebelumnya telah dinyatakan bersalah oleh Komisi Disiplin PSSI dalam kasus pengaturan skor laga babak delapan besar Liga 2. Dia dianggap sengaja tak mau mencetak gol saat mengambil eksekusi penalti ke gawang lawan. PS Mojokerto Putra pun menelan kekalahan 2-3 pada laga itu.
Sebagai hukumannya, Krisna dilarang terlibat dalam pesepakbolaan Indonesia seumur hidup. Sepekan setelah menerima hukuman itu, dia mengalami kecelakaan. Sepeda motornya menabrak bus yang terparkir tak jauh dari rumahnya. Dia sempat menjalani operasi pengangkatan batok kepala dan baru boleh pulang sepekan lalu.
Satgas Antimafia Sepak Bola hingga saat ini tengah mendalami sejumlah kasus pengaturan skor yang terjadi di persepakbolaan tanah air. Setidaknya mereka telah menetapkan lima tersangka dalam kasus pengaturan skor laga Persibara Banjarnegara dengan PSS Pasuruan. Kelima tersangka itu adalah yaitu Anggota Komisi Disiplin PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih, Anggota Komite Eksekutif PSSI Johar Ling En, Eks anggota Komisi Wasit Priyanto, Anik dan wasit Nurul Safarid.