TEMPO.CO, Palembang – Manajer Sriwijaya FC, Ucok Hidayat, mengatakan mereka saat ini sedang kalut, sebab turun kasta ke Liga 2. Dia juga tak bisa melupakan klub sepak bola dengan warisan nama besar Kerajaan Sriwijaya itu harus terdepak dari Liga 1 sebab kecurangan yang mereka terima. Dia yakin kecurangan ini karena adanya mafia sepak bola. “Kita dirugikan sekali karena sportivfitas permainan diingkari,” katanya melalui saluran telepon, Rabu 9 Januari 2019.
Ucok mengatakan mafia dengan jaringannya dan juga PSSI ada cara sendiri untuk menghambat klub yang tak bisa diajak kerja sama dan tidak pula dijagokan. “Mereka mengatur dari beberapa pertandingan sebelumnya, dengan memberikan kartu kuning kepada pemain yang dikehendaki yang bisa mengancam rencana mereka,” tuturnya.
Bahkan, menurut Ucok, angka skor pertandingan bisa diatur sesuai pasar taruhan. Selanjutnya, strategi mafia membuat ada petugas yang berjaga untuk mengamankan rencana itu, petugas itu bisa seorang wasit, hingga pemain yang mau dibayar.
Atau, ada pihak yang menghalangi pemain yang dianggap mempunyai kemampuan tinggi dengan caranya dengan memberi kartu kuning pada dua pertandingan yang berturut-turut, sehingga dengan terpaksa pemain itu tak bisa bermain pada laga selanjutnya. Tujuannya, supaya klub bukan jagoan itu memainkan pemain pelapis atau cadangan saja. “Ini wasit yang berperan,” tegasnya.
Cara lain untuk menghentikan langkah klub bukan jagoan yang tak mau menurut dengan alasan pemanggilan pemain untuk Tim Nasional Indonesia. “Pemanggilan itu kadang kala jauh sebelum timnas bertanding,” kata Ucok. Dia menyimpulkan semua elemen sepak bola dari wasit, pemain, manajemen hingga petinggi PSSI itu terhubung.
Kecurigaan Ucok bukan tanpa dasar, dia mencontohkan saat Sriwijaya FC akan menghadapi Persela Lamongan di kandang mereka pada Jum’at 2 November 2018, tiba-tiba PSSI meminta Alberto Goncalves dan Zulfandi bergabung dengan Timnas Indonesia pada Kamis 1 November 2018. “Padahal timnas main tanggal 6 November, seharusnya bisa dilepaskan dulu,” lanjutnya.
Tak hanya itu, sebulan sebelumnya Sriwijaya FC juga merasa dirugikan karena kehilangan delapan pemain, saat itu menjelang laga melawan Bhayangkara FC yang dilaksanakan di Stadion PTIK, Jakarta Selatan, Jum’at 12 Oktober 2018. Delapan orang itu berhalangan dengan alasan dipanggil tim nasional, cedera dan akumulasi kartu kuning.
Pemain yang dipanggil timnas itu, yakni Alberto ‘Beto’ Goncalves, Zulfandi, Syahrian Abimanyu dan Samuel Christianson, ditambah satu pemain yang dipanggil duluan, adalah Estaban Vizcarra. Hasilnya, ketika melawan Bayangkara FC, Laskar Wong Kito itu kalah dengan skor 0-2. “Ini merugikan,” katanya.
Puncak kekesalan Sriwijaya FC ketika tim ini di ujung tanduk jurang degradasi bersama PSMS Medan, PS Tira, Perseru Serui, dan Mitra Kukar.
Saat itu tiba-tiba ada pesan dari pemain aktif lain dari peserta Liga 1 Indonesia kepada kapten Sriwijaya FC Yuu Hyun Koo, yang meminta Sriwijaya FC bekerjasama dalam pengaturan skor. Sriwijaya FC diminta mengalah dalam pertandingan dengan imbalan uang Rp 300 juta per orang.
“Tawaran itu langsung disampaikan pemain aktif di liga 1 itu ke kapten Sriwijaya FC menjelang laga pemungkas melawan Arema FC melalui pesan pribadi,” kata Ucok, ketika ditemui di Hotel Horison Palembang, Senin 7 Januari 2019.
Untuk lebih menyakinkan, Ucok Hidayat yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Sumsel menunjukkan langsung bukti percakapan itu yang dikirim dari Yuu Hyun Koo kepadanya.
Bukti itu memang berisi dialog penawaran agar Yuu Hyun Koo mengajak pemain SFC lainnya mengatur pertandingan di laga klub kebanggaan Sumatera Selatan. Pemain yang mengajak mengatur laga itu mengimingi dengan sejumlah uang per pemain yang mau dengan angka 300 juta. “Screenshot ini bukan hanya satu, masih banyak. Yuu selalu koordinasi masalah ini ke saya, kami tak ingin melakukan itu,” kata Ucok.
Saat itu, peta persiangan memperebutkan peluang supaya selamat dari bibir jurang turun kasta memang lagi alot-alotnya. Sriwijaya FC bisa selamat dari jurang degradasi bila menang melawan Arema FC pada laga pada 9 Desember 2018, atau minimal bermain imbang.
Pada laga pemungkas itu SFC harus kalah dari Arema FC dengan skor 2-1. Pada pertandingan hidup mati itu, awalnya SFC mencoba membuka harapan melalui gol Estaben Gabriel Vizcarra pada menit 25. Namun, pada babak kedua Sriwijaya FC di tekan Arema FC hingga Tim Singo Edan menyamakan kedudukan menit-63 melalui mantan pemain SFC sendiri, yakni Makan Konate. Arema FC juga berhasil menambah gol di menit ke-83 melalui tendangan Didik Setiawan.
Akibatnya, SFC tak bisa menyelamatkan hidupnya untuk tetap di Liga 1. Tim ini hanya mengumpulkan 39 poin dari 34 pertandingan selama satu musim. Sriwijaya FC pun harus turun kasta ke Liga 2 bersama Mitra Kukar dan PSMS Medan.
AHMAD SUPARDI