TEMPO.CO, Jakarta - Bagi Chelsea dan klub- klub lain, melepas pemain muda berbakat seperti Callum Hudson-Odoi, 18, yang tampil mengesankan melawan Sheffield Wednesday pada babak keempat Piala FA di Stamford Bridge, London, dinihari, Senin 28 Januari 2019, mungkin adalah sebuah bencana.
“Saya tidak tahu (apa yang akan terjadi, tapi) kami ingin dia tetap di sini. Ia punya kontrak dan kami melatihnya. Kami meyakini apa yang bisa dilakukannya untuk tim ini,” kata Asisten Manajer Chelsea, Gianfranco Zola, tentang Callum Hudson-Odoi.
Tapi, bagi Ajax Amterdam adalah kebalikannya. Mereka sudah biasa kehilangan para pemain muda bertalenta tinggi dari segala penjuru di dunia yang dibinanya dan kemudian direkrut klub-klub raksasa di Eropa.
Klub dari Eredivisie, divisi tertinggi di Liga Belanda, ini sudah lama terkenal sebagai pemasok para pemain muda buat klub-klub raksasa di Eropa. Akademi Ajax mungkin lebih besar dari klubnya sendiri. Klub utamanya sempat lama tenggelam di percaturan sepak bola Eropa dan kini akan tampil pada babak 16 besar Liga Champions.
Pemain timnas Belanda, Matthijs de Ligt, dan pemain Jerman, Timo Werner, berebut bola dalam laga lanjutan Liga A Grup 1 UEFA Nations League 2018, di Johan Cruijff Arena, Belanda, Sabtu, 13 Oktober 2018. Kemenangan ini membuat sejarah baru bagi Belanda, lantaran menjadi kemenangan pertama tim Holland atas Jerman sejak 2002. REUTERS/Piroschka Van de Wouw.
Setelah Frenkie de Jong, gelandang muda tim nasional Belanda, yang diboyong Barcelona dari Ajax, kini kapten tim dari Amsterdam itu, Matthijs de Ligt, menjadi sororan karena banyak diberitakan sudah menjadi incaran Paris Saint-Germain, Napoli, Bayern Munich, Manchester City, Arsenal dan Manchester United.
“Apakah aku terganggu oleh rumor itu? Tidak. Bosan? Sedikit,” kata De Ligt kepada ESPN. “Tapi, tidak masalah bagiku, jika ada artikel tentang ke mana aku harus pergi atau apa yang harus aku lakukan. Sama sekali tidak masalah.”
Matthijs de Ligt baru berusia 19 tahun, atau satu tahun di atas usia Callum Hudson-Odoi, tapi sudah menjadi kapten Ajax. Bek tengah ini meraih penghargaan European Golden Boy pada Desember lalu.
Pada suatu pagi koran Spanyol, Mundo Deportivo, memuat foto Frenkie de Jong dan De Ligt dengan judal "De Jong Sube... Y De Ligt Baja." Koran dari Spanyol itu berspekulasi Barcelona di posisi terdepan untuk mendapatkan De Jong, tapi kemudian disalip Juventus. Tapi, Rabu pekan lalu, sudah dipastikan Barca yang berhasil menandatangani kontrak De Jong untuk kepindahannmya 1 Juli 2019.
Banyak klub yang mengidolakan bakat-bakat pemain muda dari Ajax bukanlah hal baru. Hal ini dirunut ke masa lalu, ketika almarhum Johan Cruyff, yang pindah dari Ajax ke Barcelona pada 1973.
Selanjutnya ada perburuan besar-besaran dari sejumlah klub di Eropa terhadap para pemain Ajax Amsterdam, seperti Marco van Basten, Patrick Kluivert, Edwin van der Sar, Wesley Sneijder, Christian Eriksen, dan pemain lainnya.
Ajax Amsterdam tidak hanya mengesankan dalam mengelola akademi sepak bolanya. Mereka juga tersohor dengan kejelian para pemantau potensi pemainnya untuk merekut para pemain asing yang tidak terkenal seperti Zlatan Ibrahimovic dan Luis Suarez dan mengembangkan mereka untuk bisa menjadi bintang seperti sekarang.
Adapun Chelsea kini juga mulai sukses mengelola akademinya, terbukti dengan kehadiran Callum Hudson-Odoi yang memikat Bayern Munich. Tapi, bedanya, Chelsea belum bisa seperti Ajax Amsterdam sebagai “penjual tersohor” para pemain muda dan pemain potensial di Eropa.
Seperti pada Frenkie de Jong, Ajax Asmterdam mungkin akan “bermain drama sejenak” untuk menahan De Ligt –ini agar harganya semakin tinggi- dan kemudian melepaskannya ke Barcelona, Bayern Munich, atau ke klub-klub raksasa lainnya.