TEMPO.CO, Jakarta - Persija sedang mengalami masa sukses dan sekaligus masa transisi serta isu tentang dokumen mereka yang dihilangkan di kantor PT Liga Indonesia ketika digeledah Satgas Antimafia Sepak Bola Polri.
Persija baru saja meraih sukses pada fase pertama babak kualifikasi Liga Champions di Singapura, Selasa, 5 Februari 2019, dengan mengalahkan tim tuan rumah Home United 3-1.
Juara Liga 1 2018 ini selanjutnya akan berhadapan dengan Newcastle United Jets pada fase kedua babak kualifikasi Liga Champions Asia di kandang klub dari Liga Australia itu.
Tapi, pada Rabu 6 Februari 2019 di kantor tim itu, sebagaimana dikutip Antara, I Gede Widiade, direktur utama Persija Jakarta 2017-2018, mengundurkan diri dari Persija dan memutuskan fokus kembali mengurus usaha properti yang dimilikinya.
"Sebenarnya pengunduran diri ini sudah disampaikan sejak 1 Februari 2019. Kami menganggap cukup tugas kami secara yuridis dan struktural di Persija," kata Gede di Kantor Persija, Jakarta, Rabu, 6 Februari 2019. Dia mengatakan “kami”, karena pengunduran diri Gede disertai dengan Direktur Operasional (COO) Persija M. Rafil Perdana.
Gede dan Rafil mengakui bahwa sudah menyerahkan nasib mereka ke pemegang saham Persija setelah klub berjuluk Macan Kemayoran itu berhasil menjadi juara di tiga kompetisi tahun 2018, termasuk Liga 1 Indonesia yang melebihi target sejak awal musim.
"Saya dan Rafil melaporkan ke pemegang saham bahwa tugas kami sudah selesai," tutur Gede.
Setelah itu, dia melanjutkan, pada sekitar Desember 2018-Januari 2019 para pemegang saham Persija memutuskan untuk melakukan reorganisasi dan menggesernya dari posisi direktur utama ke direktur olahraga Persija. Rafil sendiri tetap sebagai direktur operasional.
Adapun pemegang saham Persija mengangkat Kokoh Alfiat sebagai direktur utama menggantikan Gede Namun, baik Gede ataupun Rafil memutuskan tidak mengambil jabatan itu dan mengajukan pengunduran diri pada 1 Februari 2019.
Gede dan Rafil meminta pencinta Persija dan suporter The Jakmania untuk mendukung direksi Persija yang baru. Mereka berterima kasih kepada semua pihak atas dukungan kepada Persija dalam periode jabatan mereka, terutama kelompok suporter The Jakmania.
"Kami berdua mohon pamit. Semoga the Jakmania dapat menerima pengunduran diri kami. Ini tidak bersifat politis atau apapun," tutur Rafli.
I Gede Widiade menjabat direktur utama Persija Jakarta sejak tahun 2017. Sejak itu, dia dibantu oleh M. Rafil Perdana sebagai direktur operasional. Selama kepemimpinannya, Persija berhasil meraih tiga gelar juara yang seluruhnya ditorehkan pada tahun 2018 yaitu kampiun Piala Presiden, Boost Sports Super Fix Cup dan Liga 1 Indonesia.
Khusus Liga 1, itu adalah trofi juara Persija sejak terakhir kali meraih hasil serupa pada tahun 2001. Adapun pelatih asal Brasil, Stefano Cugurra, yang akrab dipanggil Teco, memutuskan tidak mengaju perpanjangan kontraknya di Persija setelah sukses membawa tim itu memenangi Liga 1 musim 2018. Teco akhirnya berlabuh di Bali United untuk Liga 1 2019 dan Persija kemudian menunjuk Ivan Kolev sebagai penggantinya.
Di sisi lain, dalam keterangannya kepada wartawan Rabu lalu, I Gede Widiade mengaku tidak mengetahui soal penghancuran berkas diduga dokumen milik Persija ketika Satgas Antimafia Bola Polri melakukan penggeledahan di Kantor PT Liga Indonesia, Kuningan, Jakarta. "Demi Tuhan saya tidak mengetahui soal dokumen itu," ujar I Gede Widiade di Kantor Persija, Jakarta, Rabu, 6 Februari 2019, sebagaimna dikutip Antara.
Meski demikian, I Gede Widiade menegaskan mendukung seluruh langkah-langkah kepolisian terkait penyelidikan kasus pengaturan skor dan mafia sepak bola.
Pria berdarah Bali tersebut menghormati proses hukum yang berjalan. "Kasus ini sudah masuk ranah hukum dan ditangani kepolisian. Ya, ikuti saja," kata Gede.
Gede Widiade sendiri mengundurkan diri dari Persija sejak Jumat, 1 Februari 2019. Tapi, dia menolak anggapan bahwa pengunduran dirinya terkait dengan kasus dokumen tersebut.
Sebelumnya, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Polisi Syahar Diantono mengatakan bahwa ada dokumen laporan keuangan yang sengaja dihancurkan sebelum Satgas Antimafia Bola Polri menggeledah kantor PT Liga Indonesia di Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (1/2).
Menurut Syahar, berdasarkan keterangan para saksi, dokumen itu milik Persija Jakarta. Namun, penyidik belum berani menyimpulkan terlalu jauh.
"Kami mendalaminya dahulu. Yang jelas ada perbuatan sengaja untuk menghilangkan dokumen," tutur Syahar.
Terkait kasus pengaturan skor, Satgas Antimafia Sepak Bola Polri sudah menggeledah empat kantor yakni dua kantor Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang berlokasi di FX, Sudirman dan Kemang, Jakarta Selatan. Lalu, kantor PT Liga Indonesia yang beralamat di Rasuna Office Park DO-07, Jalan HR Rasuna Said, RT 16/RW 01, Menteng Atas dan kantor PT Gelora Trisula Semesta di Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
---