TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim promosi Liga 1, PSS Sleman, memilih dalam posisi menunggu terkait kemelut yang melanda PSSI pasca polisi menetapkan Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono alias Jokdri sebagai tersangka.
Skuad Super Elang Jawa itu memilih menanti hasil rapat darurat Exco PSSI terkait apakah segera menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) atau tidak dalam waktu dekat.
"Jika arahnya KLB, ada aturan di statuta yang harus diikuti," ujar juru bicara PT Putra Sleman Sembada, selaku perusahaan pengelola PSS, Yohanes Sugianto, Sabtu 16 Februari 2019.
Yohanes menuturkan, saat ini pihaknya ingin melihat juga apakah klub-klub lain juga mengingkan segera digelar KLB. Sebab ada syarat yang perlu dilewati prosesnya, yakni pengajuan oleh dua pertiga anggota pemilik suara kepada Exco dan dan harus dijalankan tiga bulan oleh Exco. Atau Exco yang mengusulkan KLB dan menyampaikan agendanya.
"Saat ini PSS hanya berharap PSSI dapat melewati masa ujian ini dengan baik, tidak mengganggu persiapan kompetisi, terutama Liga 1, Piala Presiden dan kelanjutan Piala Indonesia," ujar Yohanes.
Yohanes menilai kondisi kemelut dalam tubuh PSSI saat ini sebagai saat-saat terbaik untuk membenahi PSSI secara tuntas. "Jangan sampai kehilangan momen, PSS Sleman dari awal ingin sepak bola Indonesia hebat dan makin profesional," ujarnya.
Sebelumnya kegalauan serupa juga diungkap pelatih PSS Sleman Seto Nurdoyantoro pasca Jokdri ditetapkan tersangka. Seto khawatir
kemelut itu membuat agenda kompetisi yang akan dan sedang berlangsung di ambang ketidakpastian. Khususnya Liga 1 yang rencana awal digelar Mei 2019 usai pemilu.
Terlebih saat ini PSS Sleman juga masih berburu pemain melengkapi skuadnya menghadapi Liga 1. “Kami saat ini tetap akan latihan persiapan kompetisi, sambil melengkapi pemain,” ujar Seto.
PRIBADI WICAKSONO