TEMPO.CO, Jakarta - Manajer Manchester City Pep Guardiola tak punya banyak waktu untuk memikirkan kekalahan 0-1 dari tuan rumah Tottenham Hotspur di London pada pertemuan pertama perempat final Liga Champions dinihari tadi, Rabu 10 April 2019.
“Lain kali mencetak gol,” kata Guardiola menjawab pertanyaan soal penyerang City, Sergio Aguero, yang gagal mencetak gol ke gawang Tottenham melalui eksekusi penalti.
“Sekarang kami harus bersiap menghadapi pertandingan dengan Crystal Palace. Kami tak punya waktu untuk berpikir tentang Tottenham,” Guardiola melanjutkan.
Mengejar defisit satu gol di kandang Tottenham agar tidak tersingkir pada perempat final lagi seperti ketika melawan Liverpool musim lalu memang penting.
Tapi, pertandingan tandang di markas Palace, Stadion Selhurst Park, London, Minggu, 14 April 2019 sama pentingnya. Sebab, pertandingan mendatang itu menyangkut peluang mereka untuk terus bersaing dengan Liverpool di jalur juara Liga Primer Inggris.
Setelah mengoleksi satu gelar dalam musim ini, yaitu juara Piala Liga Inggris, Liga Champions dan Liga Primer adalah prioritas buat Guardiola. Itu sebabnya ia berulang kali bilang tak yakin bisa memborong empat gelar musim ini atau mencetak quadruple.
Dari pernyataan Guardiola itu tersirat pengertian bahwa setelah memenangi piala liga, maka trofi Liga Champions dan Liga Primer adalah prioritas. Tapi, kalau bisa memenangi semuanya, termasuk dengan Piala Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) adalah bonus.
Dan, sekarang, Guardiola dan pasukannya menghadapi situasi yang genting di Liga Champions dan Liga Primer. City bersaing dengan Liverpool, yang dinihari tadi sukses mengalahkan Porto 2-0 di Anfield pada perempat final pertama Liga Champions, begitu sengit.
Pada enam pertandingan terakhir Liga Primer, Manchester City ketinggalan dua poin dari Liverpool di puncak klasemen. Karena itu, situasi sisa pertandingan berikutnya di kompetisi liga buat City sama seperti di turnamen antarklub Eropa itu, yaknik situasi sudden-death. Setiap kali kalah berarti menuju liang kubur alis tersingkir.
Dalam situasi yang sangat menekan itu, Manchester City masih beruntung tak kalah telak pada perempat final pertama Liga Champions seperti musim lalu, yaitu 0-3 dari Liverpool.
Sejak sekarang, mungkin tak ada pilihan lain buat Pep Guardiola di Liga Champions dan Liga Primer Inggris, selain menyerang dan menyerang. Waktu terus berkejaran, tak ada waktu lagi untuk lama-lama bertahan dan terpaku di daerah sendiri.
Pilihan buat Manchester City sekarang adalah berhasil atau gagal. Tidak ada kompromi dengan bertahan. Karena itu, agresivitas adalah satu-satunya pilihan. Ini cocok dengan falsafah sepak bola Pep yang dipelajarinya di Barcelona bahwa bermain sepak bola pada hakikatnya adalah mencari kemenangan dengan menekan, apapun risikonya.