TEMPO.CO, Jakarta - Dinihari nanti, Kamis 11 April 2019, Ajax Amsterdam akan menjamu Juventus pada babak perempat final Liga Champions pertemuan pertama di Stadion Johan Cruyff Arena, Amsterdam. Seperti saat melawan Real Madrid pada 16 besar, Ajax akan berada dalam posisi underdog alias tidak diunggulkan.
Apalagi, pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, sudah memastikan Cristiano Ronaldo akan dimainkan di Johan Cruyff Arena dinihari nanti. Faktor Ronaldo memperkuat kondisi Nyonya Tua dari Seri A Liga Italia yang lebih dari Ajax jika bertanding dalam kejuaraan antarklub Eropa, setidaknya dalam satu dekade terakhir.
Ada pemain dengan skill dan aura individu yang mencengangkan dan kita harus percaya soal itu. Dan, itu juga bukan hal yang baru. Almarhum Cruyff yang namanya diabadikan di kandang Ajax adalah salah satu contoh tentang seorang pemain yang bisa mengubah jalannya pertandingan pada masa silam.
Adapun contoh mutakhir tentu saja adalah Ronaldo ini dan Lionel Messi. Kehadiran masing-masing di lapangan bukan saja mendatangkan bahaya buat lawan dengan talenta keterampilan individunya, tapi sosoknya menyedot perhatian sebagian besar pemain lawan saat bertanding. Dan, hal itu akan menimbulkan celah kosong dan ruang kelengahan buat rekan-rekannya untuk menembus gawang lawan.
Ada Matthijs De Ligt, Dusan Tadic, Frenkie Dejong, dan sederet pemain muda serta pemain senior yang “lahir kembali” seperti Tadic di Ajax asuhan pelatih Erik ten Hag sekarang. Tapi, dalam prediksi di atas kertas sampai menjelang pertandingan pertemuan pertama dinihari nanti, sulit untuk mereka itu bisa segera besar seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan “kakek” mereka, Johan Cruyff, dalam waktu dekat.
Tapi, bukankah dengan gelombang serangan yang dahsyat dari para cucu pencinta revolusi total football Cruyff dan mendiang Rinus Michels, ini, Ajax bisa membalikkan keadaan begitu drastis: dari kalah telak di Amstedam menjadi menang besar di kandang Real Madrid?
“Iya, tapi Juventus bukan Real Madrid yang melawan Ajax dengan mental yang tidak benar,” kata Ruud Krol, rekan satu tim dari Johan Cruyff di Ajax dan tim nasional Belanda 1970-an.
Juventus, sebagaimana ciri khas sepak bola Italia, selalu memandang pertandingan di lapangan adalah satu hal yang sangat serius dan terkendali. Karena itu, sikap jumawa seperti kapten Real Madrid, Sergio Ramos, yang sengaja mendapat kartu kuning di Amsterdam agar bisa absen di Madrid, pada 16 besar lalu, kemungkinan besar akan dihindari.
Yang lebih penting lagi, Real Madrid sudah ditinggalkan megabintangnya, Cristiano Ronaldo, setelah penyerang Portugak itu membawa Madrid memenangi Liga Champions tiga kali beruntun.
Faktor teknis dan mental di atas yang membuat posisi Ajax –raksasa sepak bola Eropa yang baru saja menggeliat dari tidur panjangnya- underdog. Tapi, bola itu bundar, adagium klasik dalam cabang olahraga ini. Selalu ada kejutan, selalu ada ketidakpastian.
Di luar itu, sudah berkembang prediksi bercampur lelucon bahwa Liga Champions musim ini seperti disiapkan untuk mempertemukan rivalitas paling menghibur, Ronaldo (Juventus) ketemu Messi (Barcelona) di final.