TEMPO.CO, Yogyakarta - Komite Disiplin atau Komdis PSSI memutuskan sanksi denda ratusan juta rupiah kepada PSS Sleman dan Arema FC buntut kericuhan suporter dalam laga pembuka Liga 1 2019 lewat hasil rapat Sabtu, 19 Mei 2019.
Atas kericuhan laga perdana tersebut, Komdis PSSI memberikan sanksi kepada Panitia Pelaksana (panpel) Pertandingan yang dianggap gagal memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pemain, ofisial, perangkat pertandingan dan penonton.
Untuk Panpel laga itu dihukum Komdis PSSI membayar denda sebesar Rp 50 juta dan harus menutup tribun selatan Stadion Maguwoharjo sebanyak 4 kali dalam laga kandang PSS Sleman.
Selain itu, PSS Sleman juga diharuskan bertanggungjawab atas ulah suporternnya yang membakar kembang api, flare, petasan hingga kemudian terjadi kericuhan dengan pendukung Arema FC. Atas pelanggaran itu PSS Sleman dijatuhi sanksi berupa denda uang hingga Rp 150 juta.
Lantas apa tanggapan PSS Sleman atas sanksi dari Komdis PSSI itu?
"PSS Sleman akan mempelajari lebih lanjut atas hukuman yang
dijatuhkan oleh Komdis PSSI," ujar Viola Kurniawati, CEO PT Putra Sleman Sembada (PT PSS) selaku perusahaan yang membawahi PSS Sleman Minggu petang 19 Mei 2019.
Viola mengatakan hukuman dari Komdis PSSI merupakan pembelajaran bagi PSS Sleman untuk menjadi lebih baik.
"Kemenangan yang diraih di awal laga, menjadi partai pembuka Shopee Liga 1 2019, terasa kurang dengan adanya kerusuhan dan insiden yang terjadi," ujarnya.
PSS berharap semua pihak hendaknya belajar dari kejadian tersebut. "Tak hanya menjadi kerugian bagi tim tapi juga suporter. Kedewasaan dalam bertindak menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi kita semua," ujarnya.
Ia berharap, mudah-mudahan hukuman ini membuat semua pihak menjadi lebih dewasa.
Untuk tim tamu Arema FC, Komdis PSSI menjatuhkan hukuman dengan dasar pelanggaran suporter Aremania yang terlibat saling lempar dengan suporter PSS Sleman sehingga mengakibatkan pertandingan terhenti selama 55 menit. Pihak Arema diharuskan membayar denda sebesar Rp75 juta.
PRIBADI WICAKSONO