TEMPO.CO, Jakarta - Setelah memberikan gelar Liga Europa 2018/19, masa depan Maurizio Sarri di Cheslea tetap buram. Tak ada kepastian ia akan dipertahankan.
Hal itu sebenarnya tak terlalu mengherankan. The Blues memiliki tradisi buruk bagi para manajernya yang berhasil memberikan gelar juara.
Sejak musim 2011/12, empat manajer terakhir yang berhasil mempersembahkan gelar untuk The Blues rata-rata hanya bertahan 122 hari sejak dipastikan meraih trofi.
Statistik tersebut bisa dikatakan tragis mengingat kesuksesan keempatnya di klub asal London itu tak dihargai dengan kesempatan waktu yang lama. Mayoritas diantaranya dipecat oleh pihak manajemen Chelsea karena berbagai alasan.
Sebelum menantikan masa depan Sarri di Chelsea, ada baiknya kita menilik kisah tragis empat manajer pendahulunya di Chelsea:
1. Antonio Conte
Manajer asal Italia ini keluar dari The Blues hanya 55 hari setelah mempersembahkan gelar Piala FA pada musim 2017/18. Chelsea saat itu berhasil mengalahkan Manchester United di partai final dengan skor 1-0 berkat penalti Eden Hazard.
Meski menjuarai Liga Primer Inggris pada 2016/17, situasi tim yang tidak harmonis diyakini menjadi alasan Conte meninggalkan Chelsea. Ia terjerat konflik dengan beberapa pilar tim seperti Diego Costa dan David Luiz. Kedua pemain itu dikabarkan menerima perlakuan buruk dari Conte.
Antonio Conte. (REUTERS/Eddie Keogh)
Bahkan, dalam berita situs The Guardian pada Agustus 2018 lalu, Willian mengancam akan hengkang dari The Blues jika masih ditangani oleh Conte. Pemain asal Brasil itu merasa bahwa Conte adalah manajer yang paling sulit diajak kerja sama dan memiliki pribadi yang sangat rumit.
Padahal, Conte memberikan babak baru dalam sepak bola Inggris. Ia menjadi manajer yang kembali memperkenalkan skema tiga bek sejak Roy Evans di Liverpool pada pertengahan 1990-an. Skema tiga beknya terbukti sukses besar setelah Chelsea memenangkan 13 pertandingan beruntun pada Oktober hingga Desember 2018.
Selanjutnya: Jose Mourinho