TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pemain Liga Inggris yang baru bergabung dalam bursa transfer kali ini memiliki cerita unik. Wesley Moraes, penyerang Brasil berusia 22 tahun yang dibeli Aston Villa, sudah menjadi ayah sejak berusia 16 tahun. Ia juga sempat harus nyambi jadi pekerja pabrik saat menjalani awal kariernya.
Sebelum memiliki karier gemilang, bintang baru Liga Inggris, Wesley Moraes, yang didatangkan dari Club Bruges (Belgia), harus menghadapi lika-liku kehidupan yang berat. Ia sudah jadi tumpuan keluarga sejak usia remaja.
Ia kehilangan ayahnya ketika berumur 9 tahun. Mengutip The Sun, sebelum meninggal ayah Wesley pernah bekerja sebagai pemain bola. Pria itu meninggal muda karena penyakit tumor otak.
Wesley sangat memuja ayahnya. Sebagai wujud kecintaannya, ia mengenang sang ayah melalui dua buah tato pada leher dan salah satu lengannya. "Keluargaku jatuh miskin ketika ayah meninggal,” kata Wesley.
Wesley dewasa ditempa keadaan. Ia sudah memiliki dua anak, Yon dan Maria, ketika usianya baru menginjak 16 tahun. Ia harus bekerja menjadi buruh pabrik dengan gaji sebesar 150 pound sterling per bulan (setara Rp 2,7 juta). Hal ini ia lakukan seraya meniti karier di lapangan sepak bola.
Awal kariernya tidak semulus pemain Brasil lainnya, Neymar dan Gabriel Jesus. Pada usia 15 tahun ia sempat mengadu peruntungan di klub Eropa, AS Nancy dan Evian. Gagal, ia kembali ke Brasil. Kariernya mulai menanjak ketika ia dibeli oleh Club Bruges asal Belgia di bawah 1 juta pound sterling pada Januari 2016.
Ambisi Wesley adalah membanggakan keluarga atas prestasinya. Ketika kariernya mulai bersinar ia membeli dua buah apartemen untuk keluarganya di Brasil. Atas dedikasi tersebut sang adik memanggilnya dengan sebutan Pai, atau ayah dalam Bahasa Portugis.
“Aku pernah melihat foto Wesley tengah berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya di sebuah dapur yang sempit. Terdapat 25 orang yang bergantung pada dirinya,” kata manajer Bruges, Devy Rigaux.
Mulanya Wesley termasuk pemain yang tidak disiplin. Namun, seiring berjalannya waktu ia semakin matang dan semakin bertanggung jawab. Tak jarang, ketika suporter meneriakkan namanya, Wesley merasa tersanjung karena merasa kerja kerasnya dihargai.
Sikap pantang menyerah telah menuntun Wesley menuju karier yang lebih baik. Di Club Bruges, dengan tinggi badan 1,9 meter ia kerap jadi teror bek lawan. Aston Villa terpesona oleh kemampuannya dan membelinya seharga 22 juta pound sterling (setara Rp 397 miliar).
THE SUN | CAECILIA EERSTA