TEMPO.CO, Banda Aceh – Persita Tangerang harus mengakui keunggulan tuan rumah Persiraja Banda Aceh dalam lanjutan laga Liga 2 Wilayah Barat, Jumat malam, 19 Juli 2019. Bertanding di Stadion H. Dimurthala, Banda Aceh, Persita takluk 0-1 melalui gol penalti Defri Riski.
Pelatih Persita, Widodo Cahyono Putro, mengkritik kepemimpinan wasit yang seusai laga ini. “Kalau kondisi normal, mungkin kita juga banyak mendapat penalti. Dihantam dari belakang harusnya sudah (kartu) merah. Tapi memang situasi dan kondisinya seperti ini. Kalau wasit fair, pemain kami tidak akan menyerang. Penalti apa, orang dia jatuh sendiri,” beber Widodo saat konferensi pers usai pertandingan.
Widodo mengatakan ia sebenarnya mengharapkan pertandingan berlangsung menarik. Sebab selain meraih hasil terbaik, sepak bola selayaknya memberi hiburan kepada para penonton. Namun keputusan-keputusan yang diberikan pengadil menurutnya membuat permainan menjadi tidak terkendali.
Salah satu keputusan yang dianggap Widodo kontroversial adalah hadiah penalti yang diberikan pengadil kepada Persiraja. Tendangan 12 pas diberikan wasit setelah Fery Komul dianggap dijatuhkan Asep Budi di dalam kotak terlarang. Menurutnya, tidak ada kontak serius yang terjadi antara dua pemain yang layak diganjar dengan tendangan penalti.
Ia juga menyoroti kondisi lapangan yang menurutnya tidak mendukung permainan anak asuhnya. Bahkan atas kekalahan ini, Widodo mengaku tidak bisa banyak melakukan evaluasi. Sebagai penganut sepak bola modern yang mengandalkan umpan dari kaki ke kaki, kondisi lapangan yang diguyur hujan menjadikan pola permainan yang sudah disiapkan tidak berjalan.
Bagi Widodo, kondisi yang terjadi dalam laga antara Persiraja melawan Persita akan membuat sepak bola Indonesia sulit untuk berkembang. “Ke depan mudah-mudahan pelajaran bagi wasit, Asisten Wasit 1 maupun 2, sama-sama kita membangun sepakbola. Kalau begini terus, (sepak bola Indonesia) tidak akan maju. Saya juga tidak lantas menyalahkan kondisi, tapi mari kita sama-sama berkembang sesuai dengan aturan dan regulasi,” kata Widodo.
Kekecewaan senada juga diungkapkan kapten Persita, Egy Melgiansyah. Menurut Egy, banyak keputusan wasit yang merugikan Persita. “Selamat bagi Persiraja yang sudah menang. Tapi dari kita pemain, sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit. Beberapa kali dia bikin keputusan yang tidak bagus buat kita,” kata dia.
Egy mengatakan bahwa para pemain sudah mencoba bermain bagus. Namun kepemimpinan wasit yang dianggap berat sebelah membuat pemain di lapangan menjadi emosi. Akibatnya, kedua tim terpancing untuk bermain keras khususnya di babak kedua yang diwarnai dengan kartu merah kepada pemain Persita, Adittia Gigih Hermawan.
Bahkan pemain 28 tahun menyatakan seluruh tim akan sulit menang jika bermain di Banda Aceh dengan kepemimpinan wasit seperti dalam laga tersebut. “Mudah-mudahan ke depannya wasit bisa lebih bagus lagi dari ini. Tapi menurut saya, tim mana pun sulit main disini kalo kepemimpinan wasitnya seperti tadi,” keluh Egy.
Sementara itu, bagi Persiraja, kemenangan melawan Persita disebut sebagai hasil dari kerja keras pemain di lapangan. “Sama-sama kita lihat, Alhamdulillah Persiraja hari ini menang, apapun kejadian di lapangan. Saya pikir saya tidak bisa mengomentari apa yang terjadi di lapangan, itu adalah kinerja wasit,” kata pelatih Persiraja, Hendri Susilo.
Kemenangan di Banda Aceh, membuat Persiraja Banda Aceh untuk sementara memimpin klasemen sementara Liga 2 Wilayah Barat. Andre Abubakar dan kolega yang telah mengumpulkan 15 poin terpaut dua poin dari PSMS Medan dan Sriwijaya FC diperingkat 2 dan 3. Sedangkan Persita turun ke peringkat empat dengan total 12 poin.
IIL ASKAR MONDZA