TEMPO.CO, Banda Aceh – Persiraja Banda Aceh berhasil mengalahkan Blitar Bandung United dengan skor 2-1 dalam laga Liga 2 pekan ketujuh di Stadion H. Dimurthala pada Selasa malam, 23 Juli 2019. Meski bisa menang, untuk keenam kalinya secara beruntun, pelatih Persiraja mengakui anak asuhnya tidak bermain baik di laga itu.
“Malam ini secara tim (permainan) terburuk Persiraja menurut saya. Tapi dalam sepakbola yang penting hasilnya, yang penting kita menang,” ujar Pelatih Persiraja, Hendri Susilo, usai pertandingan.
Hendri sudah memprediksi laga melawan Blitar akan menyulitkan. Posisi tim tamu yang tidak diunggulkan justru menjadikan para pemain lawan dapat bermain lepas.
Namun Hendri tidak menyalahkan pemain atas permainan buruk yang ditampilkan. Ia menilai wajar pemainnya bermain buruk setelah menjalani enam laga sebelumnya dengan intensitas tinggi dan tantangan yang berbeda.
Dalam laga yang berlangsung ketat itu, Hendri sempat membuat keputusan tidak familiar dengan menarik kembali pemain yang baru dimasukkan di babak kedua. “Saya harap (Fahrizal) Dillah bermain seperti di latihan. Ternyata tidak seperti yang saya harapkan, belum siap,” kata Hendri.
Menurut Hendri, Dillah yang menggantikan Irvan Yunus Movu sebenarnya dimasukkan untuk menambah intensitas serangan Persiraja. Sehingga tuan rumah bermain dengan dua striker sekaligus di lini depan. Namun perjudian yang dilakukan Hendri tidak berjalan sesuai rencana dan justru membuat Blitar berhasil menyamakan kedudukan.
Setelah Persiraja berhasil kembali unggul di menit 78, tim pelatih sepakat untuk kembali mengeluarkan Dillah guna mengamankan kemenangan. “Makanya kita sepakat, kita bikin taktik ganti lagi Dillah, masukin (Fery) Komul. Di beberapa menit akhir kita pakai 2 gelandang bertahan sehingga hasilnya memang tidak ada lagi peluang-peluang berbahaya dari lawan,” sebut Hendri.
Berkat kemenangan ini, Persiraja kini memimpin klasemen Wilayah Barat dengan 18 poin dari 7 pertandingan.
Sementara itu, Pelatih Blitar Bandung United, Liestiadi, kembali menyoroti kinerja wasit yang dianggap banyak menguntungkan tuan rumah. “Jujur saja pertandingan tadi sangat menarik, kedua tim bermain menarik. Tapi saya lihat lagi wasit tidak mengedukasi, yang mana pelanggaran yang mana tidak. Jelas pemain kita dihajar, itu gak bener,” kata dia.
Liestiadi menyebut jika anak asuhnya telah berupaya maksimal untuk mencuri poin. Dengan waktu persiapan tim yang hanya dua minggu diawal kompetisi, anak asuhnya disebut telah bermain sangat baik. Sebab selain bermain untuk mencari kemenangan, manajemen menugaskan Liestiadi untuk mendidik para pemain mempertontonkan sepakbola modern dengan menjunjung tinggi nilai fairplay dan respect terhadap tim lawan dan wasit.
Tapi, menurut dia, usaha yang telah dilakukannya justru dirusak dengan kepemimpinan wasit di Liga 2 yang disebut tidak adil. “Saya selalu kecewa degan wasit. Tiga kali kita pertandingan di Sumatera, lawan Babel kita digituin (dicurangi), asisten wasit 2-nya sama. Jelas kemarin itu offside dan videonya viral, tapi kenapa dia ditugaskan lagi,” sambung Liestiadi.
Pelatih berusia 50 tahun itu berharap ke depan kualitas wasit di Liga Indonesia dapat semakin baik. Agar sepak bola Indonesia ikut berkembang ke arah yang seharusnya. Begitu pun dengan para pemain yang harus terus diedukasi dengan semangat fairplay.
“Pemain-pemain juga terus belajar untuk menjadi pemain hebat seperti Ismed Sofyan dan lainnya. Harus mengetahui peraturan pertandingan dengan fairplay, respect sama lawan, respect sama ti dan juga respek dengan wasit,” kata Liestiadi.
Karena kekalahan ini, Blitar Bandung United kini hanya menempati posisi kesembilan klasemen dengan nilai 4 dari 6 laga.
IIL ASKAR MONDZA