TEMPO.CO, Jakarta - Jika dilihat dari empat pertandingan perdana Liga Primer Inggris 2019-2020, hanya juara bertahan Manchester City dan peringkat kedua musim lalu, Liverpool, yang tampil meyakinkan.
Sabtu, 31 Agustus 2019, Liverpool menunjukkan superioritasnya di kandang Burnley dengan kemenangan 3-0. Pada saat sama di Etihad, Manchester City menggilas Brighton 4-0. Setelah itu, baru Arsenal yang menjanjikan perbaikan dengan kehadiran bek tengah David Luiz dan penyerang sayap Nicolas Pepe untuk menunjang serangan Pierre-Emerick Aubameyang dan Andre Lacazette.
Usaha keras mereka di Stadion Emirates, London Minggu malam, 1 September 2019, untuk menyusul ketinggalan 0-2 menjadi 2-2 melawan tetangganya, Tottenham Hotspur, menempatkan The Gunners di peringkat kelima sementara.
Adapun Tottenham, seperti kata kapten timnya, Harry Kane, pada pertandingan musim ini, menyimpan kekhawatiran besar tak bisa menyaingi Liverpool dan Manchester City dalam perebutan gelar juara musim ini.
Adapun kehadiran Leicester City dan Crystal Palace dalam empat besar sementara musim ini, di bawah Liverpool dan City, menjadi simbol dari betapa mengecewakannya –untuk sementara- Chelsea dan Manchester United sekarang.
Chelsea yang musim lalu finis di urutan ketiga dengan selisih 26 poin dari City di puncak klasemen benar-benar memprihatinkan di bawah manajer baru Frank Lampard.
Dengan masih menjalani hukuman larangan transfer pemain dan ditinggal Eden Hazard, Lampard, yang berjaya sebagai pemain di Stamford Bridge, belum menunjukkan keandalannya sebagai manajer yang bisa melakukan terobosan pada masa sulit.
Demikian juga dengan manajer Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United. Melihat hasil seri 1-1 mereka melawan Southampton United, Setan Merah ini seperti berjalan di tempat. Kinerja Solskjaer di Old Trafford belum bisa mengisyaratkan bahwa akan terjadi perubahan drastis setelah era muram klub ini dari Davis Moyes, Luis van Gaal, sampai Jose Mourinho.
Sebuah tulisan analisis di ESPN menyambut awal Liga Primer Inggris 2019-2020 yang menyatakan bahwa kompetisi akan dikuasai dua “godfather” yaitu Pep Guardiola dengan pasukannya dari Manchester City dan Jurgen Klopp dengan barisan Si Merah, Liverpool, mungkin ada benarnya.
Yang membedakan mungkin suasana pacuannya. Musim lalu, Liverpool mengejar Manchester City habis-habisan sampai hanya berselisih satu angka pada pertandingan terakhir. Musim ini, sepertinya posisi berubah.
Seperti sebuah balapan Formula 1 atau MotoGP, Liverpool meraih urutan start pertama atau meraih pole untuk menyongsong balapan panjang musim ini. Mereka ada di puncak klasemen dengan nilai sempurna, yaitu 12 dari empat pertandingan.
Di urutan kedua, juara bertahan Manchester City meraih nilai 10 dari jumlah pertandingan yang sama. Musim ini, kemungkinan pasukan Pep Guardiola yang akan gantian untuk mengejar habis-habisan Liverpool sampai laga terakhir.