TEMPO.CO, Jakarta - Beruntunglah Manajer Liverpool, Jurgen Klopp. Ketakpuasan Sadio Mane kepada Mohamed Salah saat Liverpool menang 3-0 di kandang Burnley, Sabtu, 31 Agustus 2019, pada pekan keempat Liga Primer Inggris tak sampai berujung perkelahian yang memalukan di antara rekan satu tim.
Insiden perkelahian seperti itu antara lain pernah terjadi dalam pertandingan di Liga Primer Inggris 14 tahun lalu saat Newcastle United menghadapi Aston Villa.
Lee Bowyer tak cuma bertengkar dengan rekan satu timnya di Newcastle, Keiron Dyer, di lapangan saat bertandingan. Tapi, lebih dari itu, mereka akhirnya berkelahi setelah Bowyer mendorong lalu memukul Dyer.
Salah satu pemain legendaris Liverpool, Grame Souness, yang menjadi manajer Newcastle United saat itu, sangat kaget melihat perkelahian pemainnya di lapangan sebelum dua pemain itu dilerai kapten tim Newcastle, Gareth Barry.
Perbedaan pendapat di antara pemain satu tim di lapangan yang berjujung ke pertengkaran memang acap kali terjadi dan sering juga dimaklumi. Tapi, asal jangan merusak kekompakkan tim. Apalagi jika sampai berkelahi, dampak buruknya pasti lebih besar.
Itu sebabnya kapten Liverpool, Jordan Henderson, masih bisa memaklumi kemarahan Sadio Mane kepada Mohamed Saleh saat melawan Burnley di Stadon Turf Moor, Sabtu 31 Agustus 2019.
Sadio mencetak salah satu dari tiga gol kemenangan 3-0 Liverpool melawan Burnley, yaitu pada menit ke-37. Dua gol lain hasil tembakan bunuh diri Chris Wood menit ke-33 dan aksi Roberto Firmino menit 80.
Tapi, Mane tetap tampak puas dan protes setelah ditarik keluar oleh Klopp pada menit ke-85. Ekspresi ketakpuasan Mane masih terus tampak di bangkui cadangan.
Itu gara-gara Mane tidak diberi bola oleh Salah ketika pemain asal Ghana itu berdiri dalam posisi tak terkawal di kotak penalti Burnley. Salah berusaha langsung membobol gawang Burnley, tapi gagal.
“Saya sudah sering melihatnya marah. Sadio baik-baik saja, dia pemain yang hebat," kata Henderson seperti dikutip Mirror dan beberapa media di Inggris.
Sejatinya Sadio juga tahu bahwa seorang penyerang memang mesti dibekali naluri egois. Sebab, jika tidak, ia tak layak ditempatkan sebagai penyerang yang haus gol.
Persoalannya tinggal bagaimana kemampuan mengontrol tingkat keegoisannya seorang penyerang itu terus dipelihara pemain seperti Salah. Idealnya makin matang, ia kia bisa mengontrolnya demi kepentingan tim.
Sadio Mane pun mungkin akan berlaku yang sama dengan Salah jika ia mendapat bola dan sudah tinggal berhadapan dengan kiper dan segelintir bek lawan.
Pada masa jeda kompetisi yang sebentar ini, tampaknya Sadio Mane dan Mohamed Salah akan punya waktu untuk bisa lebih saling memahami lagi. Jangan sampai insiden Lee Bowyer di Newcastle 2005 itu terjadi di tim sebesar Liverpool.