TEMPO.CO, Jakarta - Abdul Aziz, 25 tahun, bisa dikatakan sedikit tertinggal soal urusan merebut tempat utama di tim utama Persib Bandung, juga dalam merebut hati para bobotoh. Tapi, ia kini mulai memetik buah kerja kerasnya dan berperan besar di lini tengah Maung Bandung.
Abdul Aziz tumbuh di tim junior bersama Febri Hariyadi dan Gian Zola. Ia bahkan menjadi kapten tim dalam tim junior Persib maupun di tim PON Jabar 2016.
Namun, kedua Febri dan Zola lebih dahulu muncul sebagai idola bobotoh.
Perjuangan Aziz lebih sulit untuk berkarier di tim profesional. Jika Febri dan Zola mampu promosi karena faktor kebutuhan pemenuhan regulasi kompetisi yang diberlakukan musim 2017, maka Aziz harus membunuh harapan itu lantaran usianya saat itu sudah melebihi U-22.
Sempat melanglang-buana ke kompetisi futsal bersama FKB Bandung dan Libido FC, Aziz mulai berpetualang mencicipi kompetisi tertinggi Indonesia dengan melakukan debut di Persiba Balikpapan musim 2016. Di bawah tangan Jaino Matos --pelatih yang pernah menanganinya di Diklat Persib-- Aziz hampir selalu menjadi pilihan utama.
Demi mengembangkan kariernya, Aziz berlabuh ke klub Kalimantan Timur lainnya Borneo FC musim 2017. Potensi besarnya masih belum keluar karena sering dibangku cadangkan. Walau demikian Bobotoh tetap menantikan Aziz berkostum Maung Bandung, namun sang pemain selalu menjawabnya: "Belum pantas," katanya.
Musim 2018 jadi masa-masa sulit Aziz. Ia menangguk menit bermain yang banyak berlimpah di PSMS Medan yang saat itu ditangani Djadjang Nurdjaman. Sayang PSMS harus turun kasta ke Liga 2 yang membuat pemain dipenuhi rasa beban dan salah.
Siapa sangka, selama tiga musim ia merajut asa kariernya untuk lebih baik, ia dibidik klub tanah kelahiran dan kebanggaannya Persib Bandung. Ia diresmikan bergabung dengan Persib pada 2019 setelah manajemen ingin mengembalikan pemain-pemain binaannya yang punya potensi demi peremajaan materi di tim.
Perpindahan tangan pelatih dari Miljan Radovic ke Robert Alberts sedikit membuat Aziz kembali harus beradaptasi. Namun, setelah adaptasi lancar, aksi-aksi magisnya di lapangan sempat membuat decak kagum Bobotoh. .
Namun, Aziz menyadari jika dia masih belum maksimal. Ia memegang prinsip legenda Persib Adjat Sudrajat yang menyampaikan bahwa 'Pujian adalah racun'. Ia berusaha terus membumi.
"Pujian yang Aziz tanggapi positif saja, yang penting jangan berpuas diri dulu karena Persib masih berusaha untuk berada di papan atas. Tetap rendah hati tetap bermain maksimal saja dan bekerja keras," kata dia.
Gelandang bernomor punggung 8 ini merasa yakin bisa banyak membantu Persib di putaran kedua. Gaya permainan yang diinstruksikan Robert Alberts semakin ia pahami dan mental yang kian terbentuk. Ia berharap jalannya cerita tim sampai akhir musim ini sesuai dengan apa yang diharapkan.
"Kalau awal-awal kan Aziz main babak kedua, baru lima pertandingan terakhir Aziz main inti, sekarang sudah mulai dapat sentuhan, mental juga sudah balik lagi seperti dulu, jadi mulai sudah enak. Mungkin putaran kedua sudah teratasi semua, karena sering main, menambah percaya diri juga," kata dia.
Persib saat ini menempati posisi ke-10 klasemen dengan nilai 19 dari 17 laga.
LIGA INDONESIA