TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen Kalteng Putra melayangkan surat protes keras kepada Komite Wasit PSSI terkait kepemimpinan wasit pada saat timnya menghadapi tuan rumah Perseru Badak Lampung FC di Stadion Sumpah Pemuda, Bandar Lampung, Kamis lalu.
"Kami protes keras atas kepemimpinan wasit Darma Santoso Golo dari Sumatera Utara. Kepemimpinannya sangat kontroversi, sehingga harus ditindak tegas atau diistirahatkan sebagai perangkat wasit," kata Sekretaris Kalteng Putra, Sigit Widodo di Palangka Raya, Jumat, 20 September 2019.
Menurut Sigit, penunjukkan wasit asal Sumatera itu sangatlah aneh dan menyalahi asas fair play. Kata dia, seharusnya wasit berasal dari daerah netral, bukan berasal dari daerah Sumatera atau Kalimantan.
Kepemimpinan Darma dan kawan-kawan dianggap memberikan banyak keuntungan kepada tim tuan rumah, apalagi setelah Kalteng Putra unggul sementara pada menit ke-71.
"Wasit sangat sering memberikan keputusan yang menguntungkan tim tuan rumah dalam bentuk pelanggaran, padahal apa yang dilakukan pemain Kalteng Putra tidak dalam bentuk pelanggaran," katanya.
Hal yang paling menjengkelkan bagi Kalteng Putra, Sigit menambahkan, pada menit 89. Ketika itu OK Jhon yang mengawal pemain Badak Lampung Suhandi dianggap melakukan pelanggaran oleh wasit. Karena alasan itu, wasit kemudian memberikan hadiah penalti untuk tuan rumah.
Kalteng Putra meyakini bahwa pemainnya tidak melakukan pelanggaran karena yang dilakukan John hanya menutup ruang gerak pemain lawan memberikan operan ke arah depan gawang.
Kekecewaan Kalteng Putra bertambah karena pemainnya, I Gede Sukadana mendapat tindak kekerasan dari oknum Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat, dengan cara menjambak rambut serta memukul tubuhnya ketika menuju ruang ganti.
"Dengan insiden itu kami sudah melayangkan surat protes ke Komite Wasit PSSI agar bisa segera ditindaklanjuti. Sehingga hal seperti ini, kami harapkan tidak terulang kembali dalam sepak bola Indonesia ke depannya," kata Sigit.