TEMPO.CO, Jakarta - Tiga kali telepon seluler Marco Giampaolo berdering pada Senin lalu. Tiga panggilan teramat penting itu berasal dari tiga direktur klub AC Milan. Mereka adalah Frederic Massara, Paolo Maldini, dan Zvonimir Boban.
Ketiganya menyampaikan kabar yang sama: pemecatan Giampaolo. Beberapa jam kemudian, Milan merilis pernyataan resmi ihwal pemberhentian masa kerja pelatih berusia 52 tahun itu. Kebersamaan Giampaolo dengan Rossoneri pun berlangsung seumur jagung selama tiga bulan.
"AC Milan mengucapkan terima kasih atas kerja kerasnya dan berharap yang terbaik untuk kelanjutan karier Giampaolo," demikian pernyataan Milan.
Kalimat tersebut memang manis dibaca, tapi pahit bagi Giampaolo. Dia dianggap gagal mengemban tugas sebagai Manajer Milan. Petinggi klub tak puas atas capaian Giampaolo dalam tujuh partai Seri A musim ini.
Betapa tidak, Milan hanya mampu tiga kali menang dan menelan empat kekalahan. Yang paling pahit, tumbang 0-2 oleh rival sekotanya, Inter Milan, pada 22 September lalu.
Setelah tersungkur di Derby della Madonnina, sempat tersiar kabar bahwa petinggi Milan mengultimatum Giampaolo. Jika gagal bikin Milan bersinar di tiga laga berikutnya, pemecatan jadi jawaban terakhir.
Benar saja, Milan terseok-seok dalam tiga laga melawan Torino, Fiorentina, dan Genoa.
Singkat cerita, Milan kalah 1-2 di tangan Torino dan ambyar 1-3 oleh Fiorentina. Satu laga sisa, Milan menang 2-1 atas Genoa. Namun nyatanya kemenangan tersebut diraih dengan susah payah nan dramatis.
Tambahan tiga angka dari tiga laga membuat posisi Milan makin merosot di papan klasemen sementara. Milan saat ini berada di posisi ke-13 dengan torehan sembilan angka. Mereka berjarak tiga angka dari garis degradasi.
Posisi Giampaolo memang serba susah. Selain disorot para bos, mantan Manajer Sampdoria itu juga tak disukai anak buahnya.
Musababnya, eks Manajer Empoli itu punya strategi yang rumit dan tak tentu. Giampaolo pernah memainkan tiga formasi dalam tiga laga beruntun, yakni 4-3-2, 4-3-2-1, hingga 4-3-2-1.
Penyerang Krzysztof Piatek sempat bercerita tentang kebingungannya atas taktik Giampaolo di depan media. Pemain berkebangsaan Polandia itu menyebutkan bosnya itu selalu punya 15 pilihan terbuka dalam satu pergerakan bola Milan.
"Selain membingungkan, Giampaolo itu tipikal pelatih yang penuntut," kata Piatek.
Hasilnya pun terlihat. Selain kedodoran di lini pertahanan, daya gempur Milan loyo. Buktinya, Milan hanya sanggup mencetak enam gol dalam tujuh pekan laga Seri A. Jumlah gol Milan sama dengan penyerang Atalanta, Duvan Zapata.
Seperti yang sudah ramai diberitakan media Italia, kemarin, Milan pun menunjuk Stefano Pioli sebagai pengganti Giampaolo. Di situs resminya, Milan mengumumkan Pioli dikontrak hingga 2021.
Pioli bukanlah nama yang singgah dengan manis di hati Milanisti. Mereka menolak Pioli. Ribuan suporter Milan meramaikan tanda pagar #pioliout.
Alasannya, Pioli pernah melatih Inter selama enam bulan pada musim 2016/2017. Maklum, rivalitas dua jagoan kota Milan memang kelewat parah.
Selain lantaran punya darah Inter, fan menyorot prestasi Pioli. Sebab, dalam 16 tahun masa kerja sebagai manajer tim, Pioli belum pernah sekali pun mengangkat trofi juara.
Sebagian besar pendukung klub itu tentu bertanya, sehebat apa Pioli bisa menyelamatkan Milan?
Pioli harus segera menjawabnya dalam laga melawan Lecce, 21 Oktober mendatang.
FOOTBALL ITALIA | SKY SPORTS | INDRA WIJAYA