TEMPO.CO, Jakarta - Calon Ketua Umum PSSI, Benhard Limbong, akan menghentikan naturalisasi pemain kalau terpilih menjadi orang nomor satu di federasi sepak bola Indonesia. Menurut dia, salah satu fokus untuk memajukan sepak bola nasional ialah dengan pembinaan pemain muda secara berjenjang.
"Mundur 10 langkah untuk maju 25 langkah. Kami akan meniru Malaysia di pembinaan usia dini yang benar-benar. Bukan sekedar hanya ngomong," kata dia kepada Tempo, Senin, 14 Oktober 2019.
Menurut dia, kekalahan beruntun Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 dari Malaysia, Thailand, dan Uni Emirat Arab bisa jadi bahan evaluasi bagi pemain naturalisasi. Mantan Ketua Komisi Disiplin PSSI ini mengatakan pergantian Simon McMenemy sebagai pelatih bukan solusi mengangkat prestasi sepakbola Indonesia.
"Belum saatnya kita ke situ (ganti pelatih). Biar pelatihnya (Alex) Ferguson pun tidak akan bisa. Kalau U-16 sampai U-18 kita masih bisa, tapi U-21 apalagi ke atas goodbye, impossible," kata dia mengomentari prestasi Timnas.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta orang, lanjut dia, kebijakan naturalisasi pemain perlu dievaluasi. Dia menilai, naturalisasi wajar dilakukan Singapura karena penduduknya sedikit, begitu juga dengan Filipina dimana sepakbola kalah populer dibanding basket. "Sepakbola nomor satu di Indonesia dan mau naturalisasi. Mana ada Jepang dan Korea naturalisasi," ungkap dia.
Komite Pemilihan PSSI mengumumkan delapan calon ketua umum PSSI yang lolos seleksi. Mereka adalah Aven S Hinelo, Benhard Limbong, Benny Erwin, Fary Djemy Francis, La Nyalla Mahmud Mattalitti. Lalu ada Mochamad Iriawan, Rahim Soekasah, dan Vijaya Fitriyasa.
Sementara tiga orang yang tidak lolos tapi mendapatkan kesempatan melakukan banding, yakni Arif Putra Wicaksono, Sarman, dan Yesayas Oktavianus.
IRSYAN HASYIM