TEMPO.CO, Jakarta - Seri A Liga Italia akan berputar lagi pada 20 Oktober 2019 mendatang dengan diwarnai dengan debut pelatih kawakan Cladio Ranieri di klub Sampdoria.
Pada pertandingan pekan ke-8 Seri A Liga Italia 2019-2020 itu, Ranieri akan mengawali kepemimpinannya di Sampdoria saat menjamu AS Roma.
Sampdoria sekarang sudah bukan seperti ketika mereka memboyong Kurniawan Dwi Yulianto untuk bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 1994. Saat itu Sampdoria masih ditangani pelatih Sven Goran Eriksson dan diperkuat Roberto Mancini, yang baru saja meloloskan Italia ke putaran final Euro 2020.
Saat ini Sampdoria begitu terpuruk. Mereka menempati urutan ke-20 alias posisi paling bawah dalam klasemen sementara Seri A Liga Italia 2019-20. Meski baru tujuh pertandingan digelar, tapi ancaman bakal terdegradasi ke Seri B sudah menjadi hantu menakutkan bagi direksi Sampdoria.
Itulah sebabnya mereka berharap banyak pada pelatih yang sangat sarat pengalaman, Claudio Ranieri, untuk bisa mengubah keadaan.
Adapun Claudio Ranieri pada Selasa, 15 Oktober 2019, setelah resmi menjadi pelatih Sampdoria pun berharap bisa menciptakan cerita dongeng yang lain.
"Dongeng adalah tanda dari pekerjaan yang dilakukan dengan sangat baik,” kata Ranieri. Ia secara luar biasa telah membawa Leicester City yang sama sekali tidak diunggulkan untuk bisa menjuarai Liga Primer Inggris 2016.
“Saya yakin bahwa kita harus membuat para suporter bermimpi. Kami dalam posisi terbawah. Tapi, ini bulan nilai yang sebenarnya dari tim ini,” kata Ranieri.
“Pertama, kami harus mengembalikan harga diri. Ketika anda di posisi terbawah, anda kehilangan rasa aman dan kepercayaan diri. Saya ada di sini dengan tujuan menyelamatkan tim,” Ranieri melanjutkan.
Sampdoria hanya sekali bisa memenangi Seri A pada 1991 dan kemudian mencapai final European Cup sebelum dikalahkan Barcelona. Mereka finis di urutan kesembilan pada musim lalu, setelah Eusebio Di Francesco menggantikan posisi Marco Giampaolo sebagai pelatih. Ranieri menggantikan Di Francesco untuk kedua kalinya dalam rentang waktu tujuh bulan. Yang pertama terjadi di AS Roma pada Maret lalu.
Ranieri yang kini berusia 67 tahun begitu panjang riwayat kepelatihannya, antara lain di Chelsea, Valencia, Monaco, Atletico Madrid, Inter Milan, Juventus, dan Napoli.
Tapi, setelah menciptakan dongeng di Leicester City 2016, pada musim berikutnya, Ranieri dipecat Leicester karena posisi mereka terus melorot. Sebelum menangani AS Roma, ia menghabiskan 106 hari untuk misi menyelamatkan Fulham dari ancaman degradasi di Liga Primer Inggris. Tapi, ia lantas dipecat setelah Fulham gagal diselamatkan.
“Sampdoria bukan Fulham,” tegas Ranieri. "Fulham saat ini adalah tim promosi dengan para pemain yang belum pernah bermain di Liga Primer. Di sini berbeda sama sekali. Sampdoria bermain bagus tapi sedang kesulitan. Jadi sekarang butuh gairah baru untuk bekerja keras,” mantan pelatih Fiorentina ini menambahkan.
Pertandinan pertama buat Ranieri di Sampdoria adalah melawan AS Roma, peringkat kelima, pada 20 Oktober 2019, yang juga merupakan hari ulang tahunnya yang ke-68.
“Mengawali dengan melawan Giallorossi (AS Roma) bukan sebuah putaran nasib. Saya senang memulai seperti ini,” kata Cladio Ranieri. “Saya penggemar Roma, tapi di lapangan tidak ada cinta, yang ada hanya profesionalisme.”
THE NATIONAL | FOOTBALL ITALIA