TEMPO.CO, Yogyakarta - CEO PSIM Yogyakarta, Bambang Susanto, berharap sanksi yang diterima timnya akibat ricuh yang terjadi di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, saat menjamu Persis Solo pada 21 Oktober lalu, mendapat keringanan.
Hasil sidang Komite Displin (Komdis) PSSI pada 25 Oktober 2019 memutuskan sanksi untuk PSIM berupa laga tanpa penonton selama dua bulan saat pertandingan home pada musim kompetisi 2020 mendatang. Selain itu, PSIM juga didenda Rp 100 juga.
Bambang menilai sanksi laga home tanpa penonton selama dua bulan itu sangat memberatkan. "Kalau sanksi ke klub, kami akan mencoba minta keringanan. Karena tanpa penonton selama dua bulan itu berat buat kami," ujar Bambang, Selasa, 29 Oktober 2019.
Menurut dia, pendukung Laskar Mataram yang setia memberikan dukungan untuk tim kesayangannya itu mayoritas penonton berperilaku baik. "Hanya oknum saja yang berbuat anarkis," ujarnya.
Ia menuturkan, pendapatan dari penjualan tiket pada saat ini merupakan pemasukan paling signifikan untuk membiayai operasional klub.
Terkait dengan sanksi yang diterima beberapa pemain PSIM yang dinilai melakukan pelanggaran berat saat kalah lawan Persis Solo 2-3, Bambang mengatakan, pihak klub belum ada rencana meminta keringanan. Sanksi untuk pemain, kata dia, merupakan tanggung jawab masing-masing.
"Itu adalah tanggung jawab dari pemain yang bersangkutan karena melakukan hal yang tidak terpuji. Apa pun alasannya buat kami ada hal-hal yang tidak bisa ditolerir," ujarnya.
Tiga pemain PSIM mendapatkan hukuman akibat kejadian itu. Aldaier Makatindu mendapat teguran keras karena mengintimidasi wartawan. Raymond Ivantonius dihukum larangan bermain dua pertandingan karena melakukan pemukulan terhadap pemain Persis.
Pemain PSIM, Achmah Hisyam Tolle, mendapatkan hukuman paling berat. Dia mendapat sanksi larangan beraktivitas sepak bola di lingkungan PSSI selama lima tahun karena menendang pemain Persis dengan sengaja dan mengintimidasi wartawan foto.
Bambang berharap sanksi Komdis PSSI kepada para pemain yang melakukan pelanggaran itu bisa menjadi pelajaran. "Kami berharap ini pelajaran yang berharga buat semua pemain sepak bola untuk menjunjung tinggi sportifitas dan etika dalam olah raga," katanya.
Manajemen PSIM Yogyakarta saat ini telah melakukan pertemuan dengan berbagai pihak supaya peristiwa itu tak kembali terulang. "Kami saat ini sedang duduk bersama dengan semua pihak. Terutama wadah suporter untuk menjaga agar tidak terulang lagi ke depannya dan komitmen untuk itu," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO